Situbondo (Antara Jatim) - Pejabat Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemerintah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur mengemukakan jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) pada 2016  mencapai 765 kasus meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 315 kasus.

"Pada 2015 jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) tercatat sebanyak 315 kasus, 5 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan jumlah kasus DBD hingga Desember 2016 meningkat menjadi 765 kasus dan 13 penderita diantaranya yang rata-rata masih anak-anak meninggal dunia," kata Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Situbondo, Abu Bakar Abdi di Situbondo, Selasa.

Menurut dia, meningkatnya jumlah kasus DBD sepanjang 2016 dikarenakan cuaca yang tidak menentu kadang terjadi hujan dan tidak, sehingga jentik nyamuk aedes aegypti mudah berkembang biak di kaleng bekas yang berisi air hujan maupun bak kamar mandi.

Guna menekan angka DBD memasuki musim hujan, kata dia, pihaknya telah meminta Dinas Pendidikan Situbondo agar mengimbau seluruh sekolah di Kota Santri, itu melaksanakan program "Jeding Kering" (jeding menggunakan ember).

"Program 'jeding kering' tersebut bertujuan supaya tidak mudah berkembang biak sehingga terjadi penumpukan jentik-jentik nyamuk di sekolah. Karena nyamuk aedes aegypti mengigitnya pada pukul 09.00 WIB hingga 12.00 WIB, dan hal tersebut seringkali terjadi di sekolah-sekolah," katanya.

Ia mengatakan, hingga saat ini baru ada dua sekolah dasar yang sudah menerapkan program "jeding kering" dan diharapkan semua sekolah memakai ember menggantikan kamar mandi.

Selain itu, lanjut dia, dinas kesehatan setempat juga telah menggalakkan program "Satu Rumah Satu Kader Jumantik" (juru pemantau jentik). Dan program itu untuk pemberantasan jentik nyamuk di rumah-rumah warga.

"Kenapa satu rumah harus ada kader juru pemantau jenti? karena pengasapan atau "fogging" tidak bisa diandalkan karena hanya membunuh nyamuk dewasa saja, sedangkan jentik harus kita sendiri menjaga kebersihan dan menghilangkan tempat berkembang biaknya jentik nyamuk," katanya menjelaskan.

Ia menambahkan, masyarakat juga harus menggalakkan M3 plus, yaitu menguras, mengubur dan menutup, dan sedangkan plusnya itu memakai "lotion" atau obat nyamuk oles. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016