Bandar Udara (Bandara) Trunojoyo di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, dibangun oleh pemerintah daerah setempat pada 1978.
Setelah sekian puluh tahun, pengembangan Bandara Trunojoyo mulai terasa lagi setelah dikelola oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI pada 2008.
Kemenhub membentuk lembaga sebagai kepanjangan tangannya untuk mengelola Bandara Trunojoyo, awalnya satuan kerja (satker) dan saat ini statusnya meningkat menjadi unit penyelenggara bandara kelas III.
Sejak itu, pengembangan terus dilakukan di antaranya perpanjangan dan pelebaran landas pacu dengan format sinergi, yakni Pemkab Sumenep menyiapkan lahan yang dibutuhkan Otoritas Bandara Trunojoyo dan Kemenhub menyiapkan dana pembangunannya.
Bandara Trunojoyo pun terasa hidup setelah sekolah penerbang milik PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) menjadikannya sebagai lokasi latih terbang pesawat bagi siswanya pada 2010.
Ketika itu, landas pacu pesawat di Bandara Trunojoyo hanya sepanjang 905 meter dengan lebar 23 meter.
Posisi Bandara Trunojoyo sebagai lokasi latih terbang pesawat berlanjut hingga sekarang setelah tiga sekolah penerbang lainnya mengikuti jejak PT MNA.
Aktivitas bandara di ujung timur Pulau Madura itu lebih hidup lagi setelah Kemenhub menjadikannya sebagai bagian dari jalur penerbangan pesawat perintis atau bersubsidi pada 2015 dan berlanjut hingga sekarang.
Bahkan, Bandara Trunojoyo ditetapkan sebagai bandara pangkalan bagi pesawat milik maskapai yang menjadi operator penerbangan perintis.
Konsekuensinya, pesawat milik maskapai yang menjadi operator penerbangan perintis itu parkir di Bandara Trunojoyo.
Pada 2015, landas pacu pesawat di bandara di kabupaten paling timur di Pulau Madura itu sudah sepanjang 1.130 meter dengan lebar 23 meter setelah Kemenhub memprogramkan perpanjangan fasilitas tersebut.
Impian
Setelah Bandara Trunojoyo dipercaya sebagai lokasi latih terbang pesawat bagi siswa sekolah penerbang milik PT MNA pada 2010, pemerintah daerah setempat memiliki impian baru.
Pemkab Sumenep pun berpikir untuk menjadikan Bandara Trunojoyo sebagai bandara komersial yang disinggahi pesawat berjadwal reguler.
Komunikasi dengan pengelola Bandara Trunojoyo pun diintensifkan supaya Kemenhub fokus melakukan pengembangan bandara di Sumenep itu.
Program hasil sinergi antara pemerintah daerah dengan Kemenhub berupa penambahan fasilitas secara bertahap di Bandara Trunojoyo pun terwujud.
Sejumlah maskapai akhirnya melirik Bandara Trunojoyo sebagai bagian dari rencana pengembangan bisnisnya.
Mereka pun sempat berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pejabat pemerintah daerah untuk membahas rencana penerbangan komersial.
Kondisi tersebut membuat Pemkab Sumenep optimistis impiannya menjadikan Bandara Trunojoyo sebagai bandara komersial akan terwujud.
Empat tahun lalu, salah seorang pejabat Pemkab Sumenep dan perwakilan manajemen maskapai tertentu sempat melontarkan pernyataan penerbangan komersial dengan rute Sumenep-Surabaya akan terwujud pada Maret 2012 dan ternyata tidak terealisasi.
Pejabat Pemkab Sumenep kembali melontarkan pernyataan Bandara Trunojoyo sebagai bandara komersial akan terealisasi dalam waktu dekat pada pertengahan 2014 dan kembali tak terwujud.
Serupa dengan 2012, pejabat pemerintah daerah memastikan telah ada maskapai tertentu yang siap menjadi operator penerbangan komersial di rute Sumenep-Surabaya pada 2014.
Waktu terus berjalan dan pengembangan Bandara Trunojoyo tetap dilakukan oleh pihak terkait di Kemenhub.
Pada 2015, aktivitas Bandara Trunojoyo lebih hidup setelah Kemenhub menjadikan Sumenep sebagai salah satu daerah yang menjadi jalur penerbangan perintis atau bersubsidi.
Kemenhub kembali memprogramkan penerbangan perintis yang melalui Bandara Trunojoyo pada 2016 dengan jalur atau rute berbeda dibanding 2015.
Menghitung Hari
Pada 2016, Kemenhub kembali memprogramkan pengembangan Bandara Trunojoyo, yakni perpanjangan dan pelebaran landas pacu pesawat dan pembangunan pelataran parkir.
Landas pacu pesawat yang sebelumnya 1.130 meter x 23 meter ditambah menjadi 1.600 meter x 30 meter.
Pada tahun ini pula, Bandara Trunojoyo akhirnya memiliki fasilitas berupa pelataran parkir pesawat yang sebelumnya belum tersedia.
"Kemenhub menginginkan Bandara Trunojoyo segera menjadi bandara komersial atau bandara yang dimanfaatkan untuk aktivitas penerbangan pesawat komersial," kata Kepala Unit Penyelenggara Bandara Kelas III Trunojoyo Sumenep Wahyu Siswoyo.
Dua proyek pengembangan Bandara Trunojoyo itu dikerjakan oleh rekanan pelaksana sejak Maret 2016 dan telah selesai pada Oktober 2016.
Kondisi tersebut membuat Bandara Trunojoyo bisa dimanfaatkan untuk aktivitas penerbangan pesawat berkapasitas sekitar 70 penumpang.
Pemkab Sumenep kembali bersemangat membicarakan sekaligus berusaha merealisasikan impian lama, yakni menjadikan Bandara Trunojoyo sebagai bandara komersial.
Bupati Sumenep A Busyro Karim dan sejumlah pejabat terkait lainnya pun berani menargetkan penerbangan komersial di Bandara Tronojoyo terealisasi pada awal 2017.
Kepala Dinas Perhubungan Sumenep, Moh Fadillah menjelaskan, pihaknya bersinergi dengan pihak terkait di Kemenhub untuk melakukan penjajakan dengan maskapai penerbangan komersial.
"Untuk mewujudkan Bandara Trunojoyo menjadi bandara komersial memang butuh sinergi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk kalangan swasta. Kami akan berusaha mewujudkan Bandara Trunojoyo sebagai bandara komersial pada 2017," katanya.
Informasi terbaru dari Otoritas Bandara Trunojoyo, sejak beberapa waktu lalu, dua maskapai masih menjajaki peluang penerbangan komersial yang rutenya melalui Sumenep.
"Dua maskapai itu sudah melakukan komunikasi awal dengan kami dan pemerintah daerah," ujar Kepala Unit Penyelenggara Bandara Kelas III Trunojoyo Sumenep, Wahyu Siswoyo.
Saat ini, dua maskapai yang menjajaki peluang penerbangan komersial melalui Bandara Trunojoyo itu masih melakukan survei pasar untuk mengetahui potensi calon penumpang.
"Kalau tidak keliru, ada skema tiga jalur penerbangan komersial yang berbasis Bandara Trunojoyo dan saat ini masih ditelaah secara ekonomi oleh dua maskapai tersebut," kata Wahyu, menerangkan.
Di sisi lain, jalur penerbangan perintis di rute Sumenep-Surabaya ternyata minim penumpang sejak 2015 hingga sekarang.
Hasil evaluasi di Otoritas Bandara Trunojoyo, jumlah penumpang pesawat perintis di rute Sumenep-Surabaya paling rendah dibanding rute lainnya, seperti Surabaya-Bawean (Gresik) dan sebaliknya maupun Surabaya-Karimunjawa (Jawa Tengah) dan sebaliknya.
Bahkan, pesawat milik operator penerbangan perintis itu beberapa kali terbang di rute Sumenep-Surabaya dan sebaliknya tanpa penumpang.
"Tarif penumpang pesawat pada penerbangan perintis itu lebih murah dibanding komersial, karena disubsidi oleh Pemerintah. Namun, animo calon pengguna jasa di rute Sumenep-Surabaya dan sebaliknya masih rendah," kata Wahyu, menambahkan.
Rendahnya animo calon penumpang pesawat di jalur penerbangan bersubsidi di rute Sumenep-Surabaya dan sebaliknya itu tentunya akan menjadi salah satu objek survei pasar oleh maskapai yang menjajaki peluang penerbangan komersial dari dan ke Bandara Trunojoyo.
Wakil Bupati Sumenep, Achmad Fauzi menjelaskan, salah satu potensi calon pengguna jasa pesawat adalah wisatawan.
Sumenep memiliki banyak objek destinasi wisata yang ramai dikunjungi para pelancong, termasuk dari luar Pulau Madura dan mancanegara.
"Kami akan berusaha menyinergikan potensi dan objek destinasi wisata itu dengan Bandara Trunojoyo. Keberadaan bandara di suatu daerah idealnya mampu menunjang kepariwisataan setempat. Itu sedang kami formulasikan," kata Fauzi, menerangkan.
Bandara Trunojoyo mampu memperpendek waktu perjalanan dari Surabaya ke Sumenep dan sebaliknya yang jika melalui jalur darat butuh waktu sekitar 4,5 jam.
Sementara jika melalui jalur udara, waktu tempuh perjalanan dari Surabaya ke Sumenep dan sebaliknya sekitar 40 menit.
Saat ini, 2017 tinggal menghitung hari dan tentunya harus dimanfaatkan secara maksimal oleh para pihak terkait di Sumenep, jika benar-benar ingin mewujudkan adanya penerbangan komersial ke dan dari Bandara Trunojoyo.
Sementara maskapai yang akan menjalankan bisnis penerbangan komersial ke dan dari Bandara Trunojoyo tentunya tidak akan pernah mau rugi.
Bisakah penerbangan komersial terwujud di Bandara Trunojoyo Sumenep pada 2017? Optimistis itu wajib. Namun, ingatlah pada 2012 dan 2014! (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016