Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengampanyekan dan sosialisasi peningkatan kesadaran terhadap bahaya HIV/AIDS sebagai wujud pencegahan terhadap masyarakat di wilayahnya.

"Kami tak akan pernah berhenti berkampanye dan sosialisasi agar penyebaran HIV/AIDS di Jatim semakin menurun," ujar Gubernur Jawa Timur Soekarwo kepada wartawan di sela peringatan Hari AIDS se-Dunia di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Kamis.

Berdasarkan data yang dimilikinya dari Dinas Kesehatan Jatim, secara komulatif kasus HIV/AIDS di Jatim hingga September 2016 adalah 36.881 kasus HIV dan 17.394 kasus untuk AIDS dengan estimasi penderita sebanyak 57.321 kasus.

"Sebanyak 36.881 kasus itu yang ditemukan, sedangkan yang belum masih dilakukan deteksi tabulasi," ucap Pakde Karwo, sapaan akrabnya.

Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut mengatakan bahwa penemuan itu diyakini seperti fenomena gunung es karena masih ada yang belum ditemukan penderitanya karena tidak melapor.

Menurut dia, tingginya penemuan tersebut merupakan kinerja pemerintah dibantu aparat TNI/Polri serta lembaga yang peduli terhadap bahaya HIV/AIDS agar ke depan semakin banyak yang sadar melaporkannya.

Pihaknya berharap Pemerintah Daerah juga tak berhenti dengan sosialisasi yang sudah dilakukannya, termasuk mengaturnya dalam regulasi berlaku.

Hal senada disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf yang mengatakan sosialisasi tentang bahaya AIDS juga melibatkan lembaga, seperti lembaga swadaya masyarakat dan kelompok remaja, pelajar, mahasiswa, pemuda dan lainnya.

"Sudah banyak pihak yang peduli, tapi tetap dibutuhkan kesadaran bagi yang terkena sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kasus berkelanjutan dan menghindari risiko," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek secara khusus meminta Pemprov Jatim lebih serius dengan melakukan langkah-langkah pencegahan agar penderita semakin berkurang.

"Mengapa Jatim tinggi penderitanya? Ini karena mobilisasi manusianya yang sangat tinggi juga di sana. Bukan sebuah tugas mudah dan harus dilakukan upaya konkret dengan tidak mengandalkan obat, tapi justru ke pencegahan," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam berperilaku hidup sehat, mengatasi masalah kesehatan secara mandiri, berperan aktif dalam pembangunan kesehatan serta menjadi penggerak dalam pembangunan berwawasan kesehatan.

"Kami berharap dan menyampaikan ajakan pada semua masyarakat untuk tidak ragu-ragu maupun takut dalam melakukan tes HIV, tidak melakukan diskriminasi maupun stigma pada orang yang melakukan tes HIV dan tidak menstigma orang yang terinfeksi HIV dikarenakan semua orang berpeluang untuk terinfeksi HIV," katanya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016