Surabaya (Antara Jatim) - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menginginkan model pengelolaan pelabuhan di wilayahnya seperti di Polandia, terutama dalam hal efisiensi operasionalnya.

"Di sini, semua pengelolaan di tangan otoritas pelabuhan dan sangat efisien karena tidak membutuhkan banyak sumber daya manusia," ujarnya di sela mengunjungi Gdanks Port dan Galangan Kapal Crist di Promenia, Polandia.

Melalui pesan elektronik yang diterima Antara di Surabaya, Minggu, masa tunggu bongkar barang sampai pelabuhan (dwelling time) juga dikatakannya sangat cepat dan tak sampai hitungan hari.

Pelabuhan yang terletak di daerah Gdynia ini merupakan pelabuhan terbesar di kawasan Baltik yang luasnya sebesar pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya serta mampu disandari jenis "post panamax" dengan kapasitas muat hingga 5.000 TEUs.

Pelabuhan ini, kata dia, memiliki kelebihan masa tunggu labuh dan "dwelling time" sangat singkat, yaitu masa tunggu hanya nol, sedangkan "dwelling time" mencapai delapan jam.

Gus Ipul, sapaan akrabnya, mengatakan efesien waktu di Pelabuhan Gdanks karena sumber daya manusia, fasilitas dan infrastrukturnya yang bagus.

"Pelabuhan ini hanya dikelola 200 orang. Padahal, melayani bongkar muat mencapai tiga juta TEUs per tahun," kata orang nomor dua di Pemprov Jatim tersebut.

Selain itu, lanjut dia, pelabuhan di sana hanya mengurusi bongkar muat barang, sedangkan urusan lain seperti bea cukai, keamanan dan karantina berlangsung di luar pelabuhan.

Menurut dia, hal itu yang membedakan antara manajemen pelabuhan di Polandia dan Indonesia, terutama dalam hal tumpang tindih urusan administrasi dari berbagai instansi di dalam pelabuhan.

"Tampaknya memang banyak hal yang harus dibenahi di pelabuhan kita, terutama di Jatim," kata mantan ketua umum Gerakan Pemuda Ansor tersebut. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016