Tulungagung (Antara Jatim) - Aktivitas pergerakan tanah di areal tempat pemakaman umum Desa Geger, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur kembali terjadi seiring hujan yang terus mengguyur dua hari terakhir sehingga membuat warga sekitar siap-siaga mengantisipasi dampak susulan ke arah pemukiman.

"Kami imbau warga yang bermukim di sekitar area TPU untuk menyingkir saat turun hujan deras," kata Kepala Desa Geger Jumari kepada Antara di Tulungagung, Kamis.

Ia mengatakan, ada satu rumah warganya yang berjarak kurang dari 50 meter dari area TPU yang ambles hingga kedalaman 3,5 meter.

Namun menurut dia, potensi longsor dimungkinkan berdampak ke area pemukiman di bawah kompleks TPU yang ada di tepian tebing yang kini ambles.

"Kami sudah berkoordinasi dengan pihak BPBD (badan penanggulangan bencana daerah) untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk," ujarnya.

Sementara terkait makam-makam yang terseret longsor, kata Jumari, warga maupun keluarga ahli waris belum berencana melakukan pemindahan.

"Ada banyak makam jika harus dipindahkan. Itu bergantung inisiatif masing-masing keluarga ahli waris. Desa tidak dalam kapasitas untuk melakukan pemindahan secara masal, kecuali memang ada aspirasi kolektif dari warga," ujarnya.

Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Tulungagung Nursono menyatakan masalah tanah kuburan yang ambles di Desa Geger diserahkan kepada pihak pemerintah desa untuk melakukan penanganan secara swadaya bersama warga setempat.

"BPBD fokus pada kasus kebencanaan yang berdampak pada orang, pemukiman, atau akses jalan umum. Ini pemakaman ambles mungkin bisa ditangani pihak desa sendiri, karena objek penderitanya kan orang yang sudah meninggal," ujarnya.

Kondisi pemakaman umum Desa Geger dilaporkan ambles pertama kali sejak awal pertengahan Oktober.

Saat itu tanah TPU ambles sedalam 2,5 meter. Sekitar 50 jenazah yang teronggok keluar akibat sebagian tanah turun akhirnya dipindahkan, namun masih banyak jenazah lain dibiarkan di dalam area tanah longsor.

Setelah beberapa lama dibiarkan, tanah makam seluas separuh lapangan sepak bola itu kembali ambles sedalam satu meter sehingga total penurunan tanah mencapai sekitar 3,5 meter.

"Kami khawatir pergerakan tanah terus terjadi dan merembet ke sekitarnya," kata Jumari. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016