Ngawi (Antara Jatim) - BPBD Kabupaten Ngawi mencatat kerugian material akibat bencana alam banjir di Ngawi karena luapan Sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun pada tahun 2016 mencapai Rp10 miliar.
Kepala Pelaksana BPBD Ngawi Eko Heru Cahyono di Ngawi, Selasa, mengatakan, selama tahun 2016 telah terjadi empat kali bencana banjir. Yakni di bulan September, Oktober, dan awal November.
"Berdasarkan pendataan, kerugian akibat empat kali banjir tersebut mencapai Rp10 miliar," ujar Eko Heru kepada wartawan.
Sesuai data BPBD setempat, banjir terjadi di lebih dari 13 desa yang berada di empat kecamatan. Yakni Kecamatan Kwadungan, Pangkur, Padas, dan Ngawi.
Pihaknya merinci, kerugian Rp10 miliar tersebut dihitung dari sekitar 6.500 rumah warga yang rusak akibat terendam air. Selain itu, ada sekitar 1.635 hektare sawah yang juga rusak akibat terendam air.
Juga sejumlah jalan desa yang rusak dan aktivitas warga yang terganggu akibat genangan air yang berkisar antara 30 sentimeter hingga satu setengah meter.
Terkait antisipasi menghadapi bahaya banjir yang mungkin terjadi, pihak BPBD terus mengimbau warga yang tinggal di daerah rawan banjir untuk waspada. Terlebih saat hujan deras melanda wilayah Ngawi, Madiun dan sekitarnya selama lebih dari lima jam.
Pihaknya juga terus menyiagakan tim reaksi cepat yang berada di tingkat desa guna memberikan pertolongan pertama kali saat bencana banjir terjadi.
Sesuai pemetaan, bencana banjir rawan terjadi di wilayah tepian Bengawan Solo dan Bengawan Madiun. Yakni Kecamatan Kwadungan, Pangkur, Padas, Ngawi, Geneng, dan Pangkur.
Sedangkan rawan tanah longsor terdapat di wilayah lereng Gunung Lawu. Seperti Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo, Kendal.
Sementara, bencana angin puting beliung rawan terjadi hampir merata di 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Ngawi. Pihak pemerintah meminta warga terus waspada dan tanggap bencana seiring memasuki musim hujan saat ini dan dampak dari cuaca ekstrem yang sulit diprediksi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016