Madiun (Antara Jatim) - Warga di sekitar Situs Ngurawan yang berada di Dusun Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menggagas pendirian rumah penyelamatan dan pelestarian yang bertujuan untuk menampung benda-benda temuan arkeologi yang banyak terapat di lokasi setempat.

Penggagas pendirian rumah penyelamatan dan pelestarian bagi Situs Ngurawan, Muhammad Masruri di Madiun, Sabtu  mengatakan rumah tersebut berfungsi seperti museum mini yang digunakan untuk menyimpan dan mempertontonkan benda-benda temuan arkeologi yang banyak dimiliki oleh warga desa sekitar untuk dinikmati oleh pengunjung yang datang. 

"Fungsinya seperti museum mini, namun masih sangat sederhana. Tujuannya adalah agar benda-benda temuan arkeologi yang banyak di desa kami itu tidak hilang dan rusak, namun justru dapat digunakan untuk tujuan yang positif bagi warga desa sekitar dan wisatawan," ujar Masruri.

Menurut dia, pendirian rumah penyeamatan dan pelestarian tersebut juga untuk menyongsong rencana Pemerintah Kabupaten Madiun menjadikan Situs Ngurawan sebagai destinasi wisata sejarah di wilayah setempat.  

"Warga desa sekitar sini sangat mendukung rencana Pemkab Madiun untuk menjadikan Situs Ngurawan sebagai tempat wisata sejarah," kata dia.

Ia menjelaskan, rumah penyelamatan dan pelestarian tersebut berada tidak jauh dari Situs Ngurawan yang beberapa waktu lalu digali oleh tim arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta untuk penelitian. Adapun, rumah tersebut adalah milik Gatot Suharto sang pemilik lahan di mana Situs Ngurawan pertama kali ditemukan.

Dalam rumah kecil tersebut terdapat sekitar empat lemari kaca yang digunakan untuk memajang benda-benda temuan arkeolog. Diharapkan Pemkab Madiun memberikan perhatian dengan menambah fasilitas pendukung sehingga Situs Ngurawan semakin dikenal.

"Benda-benda temuan arkeologi yang dipajang tersebut semuanya milik warga. Benda itu dititipkan supaya tidak rusak dan justru malah dapat digunakan untuk keperluan yang postif," kata dia.

Adapun benda yang dipajang di antaranya, umpak, yoni, fragmen tembikar kuno, ambang pintu, panil relief, dan "jobong sumuran", arca Nandi (lembu), arca Dewi Parwati, Jaladuwara (saluran air), dan miniatur candi.

Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan, dan Pariwisata (Dikoperindagpar) Kabupaten Madiun Isbani mengatakan, Pemkab Madiun serius menjadikan Situs Ngurawan yang berada di wilayahnya sebagai objek wisata sejarah dan desa wisata. "Hal itu sebagai upaya pemda setempat dalam mengembangkan potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Madiun," kata Isbani.

Sementara, keberadaan Situs Ngurawan sendiri mulai ramai dikunjungi setelah warga dusun sekitar sering menemukan benda-benda kuno yang diduga merupakan peninggalan bersejarah. Pengunjung kebanakan adalah anak sekolah. 

Adapun, temuan yang terbaru dialami oleh warga dusun setempat, Gatot. Dimana ia menemukan susunan batu bata berbentuk fondasi kuno di halaman rumah miliknya. Ia juga menemukan patung yang diduga kuat peninggalan peradaban Kerajaan Majapahit.

Atas temuan tersebut, Balai Arkeologi Yogyakarta juga telah melakukan penelitian dan ekskavasi di kawasan tersebut. Hasilnya disimpulkan bahwa sangat besar kemungkinannya di lokasi tersebut dulunya merupakan pusat peradaban kedua peninggalan Kerajaan Majapahit setelah Trowulan.

"Namun itu masih perkiraan awal. Perlu penggalian dan penelitian lebih dalam lagi untuk mengungkap hal tersebut. Apapun itu nantinya yang ditemukan, Situs Ngurawan sangat istimewa," ungkap Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto saat melakukan ekskavasi di lokasi setempat akhir September lalu. (*)    

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016