Jakarta  (Antara Jatim) – Tari Gandrung dan Kuntulan dari Kabupaten Banyuwangi mendapat sambutan hangat dan memukau saat tampil dalam pagelaran seni dan budaya "Nusantara Berdendang" yang digelar sebagai rangkaian peringatan Hari Sumpah Pemuda di halaman Istana Merdeka, Jumat (28/10) malam. Didaulat sebagai penampil pertama, Gandrung dan Kuntulan Banyuwangi mampu menampilkan kolaborasi yang manis di acara yang dihadiri Presiden Joko Widodo itu.

Penampilan ini diawali dengan masuknya barisan pemain musik tradisional Banyuwangi yang diiringi tari Kuntulan. Mengenakan baju dominan putih, sebanyak 24 penari Kuntulan menari dengan lincah.

Tak lama, 45 penari Gandrung menyusul memasuki panggung. Para Gandrung dengan instrumen kipasnya melingkari arena pertunjukan. Membentuk formasi berjajar di bawah pentas, sebagian lagi melingkar di atas panggung, dan terus bergerak dalam derap tari yang rancak namun tetap berasa kelembutannya.

Kipas putih dan merah saling dimainkan seiring tabuh gamelan dan angklung. Suara sinden yang menyanyikan lagu-lagu khas Gandrung menjadi narasi cerita. Mengantarkan setiap adegan demi adegan berpaut menjadi pertunjukan yang tiada duanya.

Penampilan pun terasa kian sempurna, karena saat mereka menari dilatarbelakangi gambar penari Gandrung, Kawah Ijen, dan perahu khas Muncar Banyuwangi hasil dari video mapping Istana Negara.

Di akhir penampilannya, Gandrung dan Kuntulan berkolaborasi membentuk formasi bunga teratai sembari memainkan kipas merah putihnya. "Selamat Hari Sumpah Pemuda. Kerja, kerja, kerja," pekik mereka di akhir penampilannya. Penonton pun dibuat berdecak kagum.

Usai menari, banyak penonton di halaman istana yang langsung mengajak mereka berfoto bersama. Menurut penonton, penampilan Gandrung malam ini sangat menarik dan atraktif. "Bagus Gandrungnya. Meski tradisional tapi terlihat keren sekali," ujar Panca, salah satu penonton yang hadir saat itu.

Pagelaran seni dan budaya 'Nusantara Berdendang' digelar memperingati Hari Sunpah Pemuda yang ke 88. Acara yang melibatkan ratusan pengisi acara dikemas secara kreatif dan mencerminkan keragaman budaya dan tradisi nusantara.

Perhelatan seni budaya ini terdiri dari dua bagian utama yaitu Napak Tilas Sumpah Pemuda dan Pentas Kebudayaan. Dalam acara ini dibacakan naskah Sumpah Pemuda oleh peraih medali emas cabang Bulutangkis Olimpiade Rio 2016, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang hadir dalam acara tersebut mengaku sangat bangga kesenian tradisional Banyuwangi bisa tampil dalam acara resmi kenegaraan di hadapan Presiden Jokowi.

"Bagi saya ini adalah apresiasi yang tinggi dari Presiden terhadap seni budaya nusantara. Beragam kesenian yang ditampilkan Istana, artinya bukan sebagai sekat pemecah belah, namun justru menunjukkan kekayaan bangsa. Kesenian ditampilkan justru untuk mempererat kesatuan dan persatuan," kata Anas.

Banyuwangi Festival setiap tahun menggelar Festival Gandrung Sewu, sebuah atraksi wisata yang menampilkan seribu lebih Gandrung menari bersama di pinggir Pantai Boom, Banyuwangi. Even ini telah menjelma menjadi pariwisata event (event tourism) yang selalu ditunggu wisatawan.

Anas menambahkan, Banyuwangi Festival yang merupakan ajang atraksi wisata banyak menampilkan kesenian lokal ini digelar sebagai upaya konsolidasi budaya. Konsolidasi yang dimaksud, lanjut Anas, adalah bagaimana mendorong pelestarian seni-budaya yang sempat terkesampingkan menjadi seni-budaya yang membanggakan semuanya.

"Malam ini kebanggaan itu terwujud. Gandrung dan Kuntulan bisa tampil menawan di Pagelaran Nusantara Berdendang," kata Anas dengan bangga.

Salah seorang penari di festival ini, Vanda Arini, tak bisa menyembunyikan kebanggaannya. "Rasanya luar biasa bisa tampil di Istana Negara, apalagi di depan Presiden Jokowi, sekaligus dilihat ribuan orang saat saya menari. Ini pengalaman tak terlupakan dan terus menyemangati saya untuk selalu cinta seni-budaya Indonesia, khususnya Banyuwangi," ujar gadis kelas 10 SMAN 1 Pesanggaran.

Arini yang bercita-cita menjadi dokter ini menyatakan akan terus mengembangkan bakat seninya. "Meski saya nanti dokter, saya akan jadi dokter yang bisa menari," ujarnya mantap. (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016