Tulungagung (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengapresiasi konsep pengembangan wisata-budaya berbasis desa sebagaimana mulai muncul di beberapa titik kawasan setempat sebagai upaya mendorong pelestarian kearifan lokal sekaligus penguatan sektor pariwisata.
    
"Selain 'nguri-uri' (melestarikan) warisan budaya leluhur agar tidak hilang tergerus modernisasi dan perkembangan zaman, kegiatan wisata-budaya di tingkat desa dan kecamatan tentu berdampak ekonomi sosial," kata Bupati Tulungagung Syahri Mulyo di Tulungagung (21/10).   
    
Syahri yang menyoroti kegiatan jamasan pusaka warga yang digelar masyarakat Desa Tugu, Kecamatan Sendang yang digelar sehari sebelumnya mengatakan  penyelenggaraan tradisi takir plontang yang dikemas bersamaan dengan ritual jamasan pusaka warga membuat penyelenggaraan even budaya daerah terlihat unik dan menarik minat warga.
    
Tidak hanya di satu desa yang sama, kata Syahri, penyelenggaraan yang rutin berkala membuat animo warga akan semakin berkembang, termasuk dari daerah lain sekitarnya maupun seluruh pelosok Tanah Air.
    
"Kami berharap seni-budaya daerah di desa/kecamatan lain juga mulai dikembangkan," ujarnya.
    
Selain di Desa Tugu, beberapa desa lain sebenarnya juga menyelenggarakan kegiatan hiburan serta semacam pesta rakyat dalam rangka memperingati tahun baru Islam atau bulon Suro dalam sistem penanggalan Jawa.
    
Namun diakui Syahri, kirab takir plontang, purak tumpeng sesaji hingga ritual jamasan ada di Desa Tugu.
    
Beberapa desa lain memilih menggelar pesta rakyat, pertunjungan musim dangdut hingga pementasan wayangan.
    
"Ritual suroan yang diwarnai arak-arakan tumpeng dan takir plontang sebenarnya telah ada sejak dulu. Kami hanya berupaya menghidupkan lagi agar menjadi ciri khas di daerah (desa), karena memang tidak memiliki candi yang bisa menjadi ikon daerah," katanya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016