Tulungagung (Antara Jatim) - Komunitas masyarakat penderita cacat tubuh (Percatu) di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur berharap daerah memiliki visi dan misi yang jelas dalam membangun rintisan pembinaan olahraga bagi anggotanya sehingga berkesempatan mengikuti pekan paralimpiade nasional seperti daerah lain.
    
"Sayang, Tulungagung memang belum memiliki konsep dan masterplan yang jelas terkait pengembangan atlet difabel," kata Ketua Percatu Tulungagung Didik Prasetyo di Tulungagung, Rabu.
    
Ia mengakui, dari total 50 anggota Percatu Tulungagung belum ada yang memiliki keahlian olahraga secara khusus sebagaimana di beberapa daerah lain.
    
Namun menurut Didik, pengembangan potensi dan kapasitas keatletan pada setiap difabel sebenarnya bisa dibentuk serta diarahkan.
    
Ia mencontohkan peserta paralimpiade cabang olahraga angkat besi atau atletik yang rata-rata menderita cacat kaki, sehingga harus berkompetisi di atas kursi roda.
    
"Olahraga jenis itu hanya butuh latihan dan pembinaan. Pada dasarnya seorang difabel yang cacat kaki dan mengoptimalkan peran sentral kedua tangannya memiliki potensi untuk mengangkat beban barbel berat maupun berpacu mengendarai kursi rodanya dalam perlombaan atletik," kata Didik.
    
Didik meyayangkan pembinaan terhadap masyarakat difabel di Tulungagung cenderung berorientasi ekonomi dan sosial.
    
Kendati kedua hal itu dibutuhkan, kata Didik, pengembangan potensi dan kapasitas di sektor lain bagi seorang difabel juga dibutuhkan demi menumbuhkan kepercayaan diri.
    
"Trenggalek dan Kediri kota sudah ada pembinaan kearah sana. Bahkan Trenggalek atlet difabel-nya ada yang ikut peparnas untuk cabor angkat besi. Hanya Tulungagung, Blitar dan Kabupaten Kediri yang belum," kata Didik.
    
Kendati belum ada komitmen serius dari daerah, Didik berjanji untuk mulai memperjuangkannya bersama sesama difable setempat.
    
Salah satu upaya yang mereka rencanakan adalah dengan menginventarisasi anggota difabel yang memiliki bidang keahlian tertentu di bidang olahraga umum.
    
"Mungkin dengan membuat simulasi dan latihan berkala, juga mengomunikasikan wacana pembinaan tersebut ke pemerintah daerah, mungkin lewat KONI atau bagaimana," kata Didik.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016