Surabaya (Antara) - Barisan Muda Nahdlatul Ulama (BMNU) mendukung sikap PBNU agar penista agama Islam ditindak sesuai hukum yang berlaku.
"PBNU bukan kumpulan ulama partai politik, sebaiknya jangan bawa budaya parpol ke PBNU," kata Koordinator Nasional BMNU Maksum Zuber di Surabaya, Rabu.
Oleh karena itu, kata mantan Sekjen PP IPNU, PBNU tidak perlu terlibat mendukung atau tidak mendukung pasangan calon dalam pilkada secara kelembagaan, termasuk memecat kadernya akibat perbedaan politik secara individual.
"Para ulama dan PBNU justru harus meningkatkan dan mendorong silaturrahim antar-umat seagama dan antar-umat beragama secara individu maupun organisasi untuk menjaga keutuhan NKRI," tuturnya.
Sebagai warga Nahdliyin, pihaknya memimpikan PBNU menjadi perekat umat NU dan umat Islam. "Itu akan terwujud manakala PBNU kembali pada pembinaan umat sesuai visi dan misinya," ujarnya.
Maksum Zuber menyebut lima misi NU yakni di bidang organisasi melakukan penguatan jam'iyyah atau organisasi (capacity building) melalui pelatihan, workshop, upgrading, networking, dan lainnya.
Di bidang agama, NU mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jamaah, sedang di bidang pendidikan, NU mengupayakan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Di bidang sosial, NU mengupayakan terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin bagi rakyat Indonesia, lalu di bidang ekonomi, NU mengupayakan terwujudnya pembangunan ekonomi untuk pemerataan kesempatan berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan, dan mengutamakan tumbuh dan berkembangnya ekonomi kerakyatan.
Senada dengan itu, Ketua Forum Alumni (Forluni) PMII UI Achmad Solechan dalam media sosial menyampaikan ajakan kepada semua komponen bangsa menjadikan pilkada sebagai momentum meneguhkan konsep ke-Indonesia-an.
"Kami tidak ingin Islam dijadikan kendaraan politik dengan menahan diri untuk tidak menggeser isu politik dalam pilkada menjadi isu SARA yang mengancam Bhinneka Tunggal Ika, apalagi melakukan dengan fitnah dan hasutan bernada kebencian lewat media sosial," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"PBNU bukan kumpulan ulama partai politik, sebaiknya jangan bawa budaya parpol ke PBNU," kata Koordinator Nasional BMNU Maksum Zuber di Surabaya, Rabu.
Oleh karena itu, kata mantan Sekjen PP IPNU, PBNU tidak perlu terlibat mendukung atau tidak mendukung pasangan calon dalam pilkada secara kelembagaan, termasuk memecat kadernya akibat perbedaan politik secara individual.
"Para ulama dan PBNU justru harus meningkatkan dan mendorong silaturrahim antar-umat seagama dan antar-umat beragama secara individu maupun organisasi untuk menjaga keutuhan NKRI," tuturnya.
Sebagai warga Nahdliyin, pihaknya memimpikan PBNU menjadi perekat umat NU dan umat Islam. "Itu akan terwujud manakala PBNU kembali pada pembinaan umat sesuai visi dan misinya," ujarnya.
Maksum Zuber menyebut lima misi NU yakni di bidang organisasi melakukan penguatan jam'iyyah atau organisasi (capacity building) melalui pelatihan, workshop, upgrading, networking, dan lainnya.
Di bidang agama, NU mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jamaah, sedang di bidang pendidikan, NU mengupayakan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Di bidang sosial, NU mengupayakan terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin bagi rakyat Indonesia, lalu di bidang ekonomi, NU mengupayakan terwujudnya pembangunan ekonomi untuk pemerataan kesempatan berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan, dan mengutamakan tumbuh dan berkembangnya ekonomi kerakyatan.
Senada dengan itu, Ketua Forum Alumni (Forluni) PMII UI Achmad Solechan dalam media sosial menyampaikan ajakan kepada semua komponen bangsa menjadikan pilkada sebagai momentum meneguhkan konsep ke-Indonesia-an.
"Kami tidak ingin Islam dijadikan kendaraan politik dengan menahan diri untuk tidak menggeser isu politik dalam pilkada menjadi isu SARA yang mengancam Bhinneka Tunggal Ika, apalagi melakukan dengan fitnah dan hasutan bernada kebencian lewat media sosial," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016