Oleh Ari Bowo Sucipto
Malang (Antara Jatim) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA Jawa Timur dan The Aspinall Foundation Indonesia Program melepasliarkan tujuh ekor lutung Jawa (trachypetecus auratus) di Blok Sumur Pitu, RPH Sumbermanjing Kulon, Malang, Jumat.
    
Manajer Program Javan Langur Centre The Aspinall Foundation Indonesia Program, Iwan Kurniawan mengatakan, prosesi pelepasliaran dilakukan dalam dua tahap, dimana kawanan satwa dilindungi pertama dipimpin satu ekor lutung jawa jantan berwarna oranye yang diberi nama Eman dengan anggota kelompok terdiri dari tiga ekor lutung betina.
    
"Kelompok kedua dipimpin seekor lutung jantan hitam keabu-abuan dengan anggota kelompok terdiri dari dua ekor lutung betina," papar Iwan dikonfirmasi usai prosesi pelepasliaran jenis satwa liar dilindungi tersebut.
    
Ia menjelaskan, sebelum dilepasliarkan tujuh lutung Jawa itu terlebih dulu menjalani pemeriksaan kesehatan dan proses rehabilitasi selama 6-12 bulan di Pusat Rehabilitasi Lutung Jawa, Coban Talun, Batu, Jawa timur.
    
Selama di tempat rehabilitasi, lanjut Iwan, ke tujuh lutung Jawa juga telah diberi suntikan vaksin influenza.
    
"Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penyakit sekaligus memperkuat daya tahan tubuh lutung Jawa saat menjalani proses pelepasliaran," katanya.
    
Iwan Kurniawan menjelaskan, terhitung sejak 2012 program "Javan Langur Centre" The Aspinal Foundation Indonesia sudah melepaskan lutung sebanyak tujuh kali.
    
"Ini adalah pelepasan lutung kami yang ketujuh" ujarnya.
    
Sementara itu, dari survei habitat yang dilakukan The Aspinall Foundation Indonesia Program pada 2015, di RPH Sumbermanjing Kulon tercatat sedikitnya ada 104 jenis tumbuhan tingkat pohon dan 85 persen merupakan jenis makanan lutung Jawa, sehingga kawasan tersebut dinilai sangat cocok untuk areal pelepasan lutung Jawa.
    
"Kami akan melepasliarkan lutung Jawa ini di habitatnya yang cocok yakni di RPH Sumbermanjing Kulon" kata Iwan.
    
Sementara itu, dari data yang dihimpun Javan Langur Centre (JLC) diketahui bahwa lutung Jawa yang merupakan satwa primata pemakan daun endemik yang hanya tersebar di Jawa tersebut populasinya dinilai rentan.
    
Hal ini karena jumlahnya terus menurun lebih dari 30 persen sejak beberapa beberapa tahun terakhir akibat penangkapan untuk perdagangan satwa, perburuan dan makin berkurangnya habitat.
    
"Padahal kelangsungan hidup lutung jawa sangat tergantung dengan keutuhan hutan tropis baik di pegunungan, dataran rendah hingga pesisir," katanya.
    
Iwan menuturkan, selama kurun 2003-2014 di daerah Banyuwangi, Jember, Malang dan Mojokerto juga ditemukan kasus perburuan lutung Jawa yang diburu untuk diambil dagingnya.
    
Hasil investigasi The Aspinall Foundation Indonesia Program mendapati fakta bahwa daging lutung Jawa hasil perburuan ilegal itu sebagian dikonsumsi untuk campuran daging bakso, makanan pendamping minuman keras dan obat sesak nafas, kata Iwan. (*)

Pewarta: Supervisor

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016