Situbondo (Antara Jatim) -  Warga Desa Wringinanom, Kecamatan Panarukan, Situbondo, Jawa Timur, Ismail Hidayah (44), yang merupakan salah satu korban pembunuhan oleh pengikut Padepokan Dimas Kanjeng yakni Taat Pribadi, menyatakan bersyukur atas penangkapan Taat Pribadi itu

"Saya pribadi sangat bersyukur sekali dengan ditangkapnya Dimas Kanjeng serta para pengikut-pengikutnya. Karena jika tidak segera ditangkap bisa saja akan terus bertambah korban yang dibunuh dan juga
korban penipuan dengan modus penggandaannya," papar istri korban, Bibi Resemjan (41), di Situbondo, Kamis.

Ia menceritakan sebelum korban diketahui menjadi korban pembunuhan oleh sejumlah orang pengikut Dimas Kanjeng, pada 2 Februari 2015, maka suaminya, Ismail, dinyatakan menghilang setelah korban berpamitan akan melaksanakan ibadah Shalat Maghrib di masjid yang tidak jauh dari rumah dan toko (ruko) milik korban.

Ketika itu korban hanya mengenakan baju dan sarung dan berjalan kaki ke masjid untuk shalat dan tanpa membawa barang-barang lainnya, seperti telepon genggam (HP) dan dompetnya ditinggal di rumah korban.

Istri korban Bibi Resemjan (41) mengatakan almarhum Ismail Hidayah dinyatakan hilang dan diduga diculik serta dibunuh oleh orang-orang suruhan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, setelah keluarga korban kebingungan karena Ismail tidak kunjung pulang pada Senin, 2 Februari 2015 malam.

"Setelah saya melaporkan kejadian kehilangan suami saya ke Polres Situbondo, sekitar 1,5 tahun kemudian saya mendapatkan kabar bahwa ditemukan mayat Mr X yang disebut-sebut adalah suami saya," katanya.

Mendapatkan kabar tersebut, istri korban langsung datang ke Probolinggo dan melihat langsung mayat Mr X yang disebut-sebut Ismail Hidayah. Dan setelah mengetahui mayat tersebut diakuinya bahwa benar adalah suaminya.

Menurut Bibi Resemjan, suaminya menjadi pengikut Dimas Kanjeng sejak tahun 2010, dan pada awalnya istri dan keluarga korban tidak mengetahui jika apa yang dilakukan oleh suaminya menjadi pengikut Dimas Kanjeng adalah untuk merekrut pengikut baru dengan modus menggandakan uang.

Pertama kalinya, kata dia, Ismail Hidayat bertemu dengan teman lamanya pada bulan September 2010 yang terlebih dahulu menjadi pengikut tersangka otak pembunuhan suaminya, yakni Dimas Kanjeng.

Awalnya Ismail kerap mengadakan pertemuan dengan pengikut-pengikut baru Dimas Kanjeng Taat Pribadi di lantai dua rumah dan toko milik korban. Dan ketika itu kegiatan pertemuan Ismail dan Dimas Kanjeng beserta para pengikutnya untuk mengambil barang-barang ghaib.

Setelah beberapa bulan kemudian, lanjut dia, istri dan keluarga Ismail baru mengetahui bahwa ada unsur penggandaan uang dengan cara merekrut para pengikut baru di Situbondo.

Istri Ismail juga mengakui bahwa sejak 2010 hingga 2015 suaminya kerap mengadakan pertemuan bersama Dimas Kanjeng dan para pengikutnya di rumahnya. Dan rata-rata pengikut membayar uang mahar kepada dukun pengganda uang asal Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, itu melalui suaminya.

"Yang saya tahu uang milik pengikut baru yang disetorkan kepada Dimas Kanjeng sebagai uang mahar selama 2010-2015 sekitar Rp40 miliar, itu yang saya tahu. Dan uang sebanyak itu kesemuanya dari para pengikut baru Dimas Kanjeng," ungkapnya.

Bibi Resemjan mengemukakan, sejak menjadi pengikut Dimas Kanjeng ia juga bertugas sebagai koordinator perekrutan pengikut baru di Situbondo dan di kabupaten lainnya.

"Selama menjadi koordinator perekrutan pengikut Dimas Kanjeng, suami saya menyetor uang dari pengikut baru yang akan membayar mahar untuk menggandakan uang kepada Dimas Kanjeng. Dan perlu diketahui bahwa sampai saat ini saya telah mengganti atau membayar uang sebesar Rp4 miliar kepada pengikut Kanjeng Dimas yang direkrut oleh suami saya," katanya menjelaskan.

Ia menyatakan, diculik dan dibunuhnya suaminya itu diduga karena suaminya akan melaporkan dan membongkar modus penggandaan uang yang dilakukan oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi beserta para pengikutnya.

"Saya pribadi sangat bersyukur sekali dengan ditangkapnya Dimas Kanjeng serta para pengikut-pengikutnya. Karena jika tidak segera ditangkap bisa saja akan terus bertambah korban yang dibunuh dan juga korban penipuan dengan modus penggandaannya," paparnya.

Ia menambahkan, sejak suaminya hilang diculik dan dibunuh setelah dua bulan kemudian, pertemuan yang dikemas pengajian oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi dan para pengikutnya tidak lagi dilakukan di Ruko milik Almarhum Ismail Hidayah, melainkan dilakukan di rumah milik pengikut lainnya yang lokasinya tidak jauh dari rumah korban.

3 Februari 2015 Istri Ismail Hidayah Lapor Polres Situbondo

Setelah 2 Februari 2015 atau 24 jam Ismail Hidayah tidak kunjung pulang dan dinyatakan hilang, pada 3 Februari 2015 Bibi Resemjan melaporkan hal tersebut ke Polres Situbondo.

Ia menuturkan, laporan itu dilakukan karena sang istri mulai curiga tiba-tiba pengikut lama Dimas Kanjeng itu menghilang dan tanpa membawa baju dan telepon genggam atau HP.

"Herannnya saya waktu itu laporan saya cuma ditulis menggunakan tulisan tangan diatas kertas oleh petugas kepoilisian Situbondo. Anehnya lagi setelah saya laporan tidak ada tindakan apapun dari pihak kepolisian atau hanya menerima laporan saya saja," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat (Kasubag Humas) Polres Situbondo Ipda Nanang Priambodo mengatakan, membenarkan laporan kehilangan orang ketika itu.

"Akan tetapi kalau laporan kehilangan orang kami hanya bisa menerimanya, berbeda dengan yang menimpa sekarang yang menjadi korban pembunuhan," ujarnya.

Nanang Priambodo juga mengimbau kepada masyarakat Situbondo yang merasa menjadi korban penipuan dengan modus penggandaan uang Dimas Kanjeng Taat Pribadi serta bagi warga yang merasa kehilangan anggota keluarganya diminta untuk melaporkan ke polres setempat.

"Masyarakat atau pengikut yang menjadi korban Dimas Kanjeng tidak perlu takut untuk melaporkan jika menjadi korban penipuan dan kami berharap yang merasa jadi korban segera melapor ke Polres Situbondo," katanya menegaskan.

Dimas Kanjeng Taat Pribadi ditangkap ribuan anggota polisi dari Polda Jatim pada di Padepokannnya di Desa Wangkal, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo.

Awalnya Dimas Kanjeng ditangkap karena dugaan kasus pembunuhan berencana terhadap salah satu pengikutnya seorang pengusaha atau pedagang perhiasan emas di Probolinggo,  yakni Abdul Ghani.

Terungkapnya dugaan kasus pembunuhan terhadap Abdul Ghani bermula, setelah seorang nelayan menemukan mayat korban pada Kamis 14 April 2016, di Waduk Gajah Mungkur (WGM) di bawah Jembatan Kedung Ireng, Wonogiri, Jawa Tengah. Mayat ditemukan dalam kondisi tanpa busana dan bagian kepala ditutupi plastik warna biru yang diikat dengan lakban hitam. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016