Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menyiapkan sekolah menengah kejuruan agar bisa membantu mendorong berkembangnya ekonomi kreatif berbasis desa.
     
"Jurusan di SMK yang ada di Banyuwangi kan sangat banyak, yang terkait ekonomi kreatif, misalnya ada tata boga dan batik. Ada 72 SMK negeri/swasta dengan jumlah siswa tiap tahunnya mencapai 8.500 orang. Ini potensinya luar biasa jika dioptimalkan untuk menggerakkan ekonomi kreatif berbasis desa," ujar Bupati Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Selasa.
     
Untuk mendukung gagasan tersebut Bupati Abdullah Azwar Anas mengumpulkan sejumlah elemen terkait dalam rapat koordinasi bersama, yang dihadiri oleh jajaran kepala desa, kepala sekolah menengah kejuruan (SMK), sejumlah kampus, dan UMKM sektor industri kreatif.
     
Anas mengungkapkan bahwa Pemkab Banyuwangi juga mempunyai 400 program pelatihan tiap tahunnya untuk masyarakat luas, termasuk di desa-desa. Para siswa SMK bisa dilibatkan dalam pelatihan itu sehingga mampu mendukung pengembangan ekonomi kreatif berbasis desa.
     
"Mulai 2017, pelatihan ini akan saya integrasikan dengan pelajar SMK, khususnya yang kelas dua. Sehingga hasil dari pelatihan ini lebih optimal. Ketepatan sasarannya terukur. Jadi nanti pesertanya gabungan antara siswa SMK dan masyarakat luas, sehingga follow-up-nya bisa terukur. Biar ekonomi desa ikut bergerak dengan kehadiran siswa-siswa SMK itu dengan segala kreativitasnya," ujarnya.
     
Untuk itu, Anas telah meminta basis data dari Dinas Pendidikan terkait jurusan dan jumlah masing-masing siswa SMK yang nantinya akan diintegrasikan dengan pelatihan di desa-desa.
     
"Berapa jurusan multimedia, pariwisata, tata boga, dan lain-lain, saya minta dihitung semuanya. Mereka jadi pengungkit ekonomi kreatif berbasis desa. Apalagi nanti jika Bekraf sudah turun ke desa-desa di Banyuwangi, tentu hasilnya lebih bagus. Awal bulan depan kita tandatangani kerja sama dengan Bekraf, mereka akan bantu ekonomi kreatif di Banyuwangi," kata Anas.
     
Sekolah, lanjut Anas, tidak lagi bisa menjadi menara gading. Pemdalah yang akan menjembataninya agar bermanfaat langsung di masyarakat.
     
"Kita latih, kita bikin zona dan sasaran yang tepat. Maka ekonomi kreatif berbasis desa bukan lagi sesuatu yang utopis," ujarnya.
     
Anas mengatakan, perlunya SMK mengintegrasikan program dengan Politeknik Negeri Banyuwangi atau Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Banyuwangi. Program bersama itu nantinya ditularkan ke desa-desa.
     
Anas pun membayangkan jika ada festival kuliner di Banyuwangi, pesertanya tidak lagi ibu-ibu penjual makanan, namun siswa SMK jurusan tata boga. Begitu pula pembuat kopi di Banyuwangi, tidak lagi didominasi barista dari luar, namun anak-anak SMK di desa-desa bisa mengerjakannya.
     
Menurut Anas, ini merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi perekonomian ke depan yang diyakini masih sulit. Ini, lanjut dia, adalah salah satu cara Banyuwangi mengeksekusi program yang bisa menopang perekonomian daerah ke depan.
     
"Inovasi tidak  bisa sendiri, harus berintegrasi dengan pihak lain. Ini sebenarnya saya menerjemahkan programnya Pak Jokowi, lalu saya kombinasikan dengan program di daerah," katanya.
     
Pemkab Banyuwangi, ujar dia, terus mengolaborasikan banyak pihak untuk mengembangkan ekonomi kreatif berbasis desa. Langkah ini dilakukan untuk menyambut kerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang bakal ditandatangani bersama pada awal Oktober 2016.
     
"Sudah saatnya elemen-elemen ini bergerak bersama untuk membangun ekonomi kreatif berbasis desa. Saya selalu tekankan harus berbasis desa agar terukur dampak ekonominya di tiap-tiap desa. Ini ada perwakilan kepala desa yang hadir, jadi saya harap bisa klop dengan teman-teman dari dunia pendidikan dan pelaku usaha ekonomi kreatif," ujar Anas.(*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016