Bojonegoro (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mulai melakukan pengeboran sumur air tanah di Desa Krangkong, Kecamatan Kepohbaru, untuk mengatasi kesulitan air bersih yang dialami warga.
    
"Pengeboran sumur air tanah di Desa Krangkong, Kecamatan Kepohbaru sudah berjalan sejak sehari lalu," kata Kepala BPBD Bojonegoro Andik Sudjarwo, di Bojonegoro, Rabu.
    
Ia juga menyebutkan BPBD juga akan melakukan pengeboran sumur air tanah serupa di Desa Tebon, Kecamatan Padangan dan Desa Kedungrejo, Kecamatan Malo.
    
Pengeboran sumru air tanah di lokasi itu, katanya, semuanya untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga yang daerahnya mengalami kekeringan.
    
"Pengeboran sumur air tanah di dua lokasi itu akan dilakukan setelah pengeboran sumur air tanah di Desa Krangkong, selesai," jelas dia.
    
Lebih lanjut ia menjelaskan pengeboran sumur air tanah di tiga lokasi itu berdasarkan pengajuan pihak desa tahun lalu.
    
Tapi pelaksanaannya baru bisa dilakukan tahun ini karena tahun lalu juga dilakukan pengeboran sumur air tanah di sejumlah lokasi yang daerahnya juga mengalami kekeringan.
    
"Sesuai hasil survei di tiga desa itu selama ini warga selalu mengalami kesulitan air bersih di musim kemarau," jelas dia.
    
Sesuai data, katanya, BPBD sudah melakukan pengeboran 11 sumur air tanah di sejumlah kecamatan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga yang mengalami kesulitan air bersih tahun lalu.
    
Dari hasil pengeboran 11 sumur air tanah itu hasilnya sebagian besar bisa mengeluarkan air, bahkan ada yang airnya ditampung di atas tangki sebelum disalurkan kepada warga.
    
"Pengeboran sumur air tanah yang sudah pernah lakukan kedalamannya berkisar 30-70 meter," tuturnya.
    
Menurut dia, pengeboran sumur air tanah yang sudah berjalan selama ini berdasarkan data dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang melakukan survei "geolistrik" di daerah yang biasa mengalami kekeringan.
    
Hanya saja, lanjut dia, survei "geolisrik" belum mencakup seluruh desa yang rawan mengalami kekeringan. Dari hasil survei itu diketahui ada 30 titik yang diketahui koordinatnya memiliki potensi sumber air.
    
"Survei geolistrik baru menjangkau 19 desa di 17 kecamatan, padahal di daerah kami ada 74 desa yang selalu kesulitan air bersih di musim kemarau," ucapnya.
    
Ia menambahkan lokasi tanah yang dimanfaatkan untuk lokasi pengeboran sumur air tanah hampir semuanya tanah kas desa (TKD).
    
"Kalau ada yang menempati tanah warga ya harus dihibahkan kepada desa agar tidak menimbulkan konflik di kemudian hari," tambahnya. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016