Aroma tak sedap kotoran hewan menyeruak di Pasar Hewan Kota Madiun, Jawa Timur, saat Ngasimin (58) dibantu menantunya, Eko Puguh Wiyono (35), mengikatkan tali kekang sapi ke sebatang besi untuk menahan agar ternak itu tidak banyak bergerak.
     
Ramai suasana pasar hewan mengiringi aktivitas Ngasimin pada Senin (5/9) yang bertepatan hari pasaran Pon, menurut kalender Jawa.
     
Setelah sapi terikat dengan kuat, Ngasimin yang di pasar hewan dikenal sebagai spesialis "salon hewan" mengusap kepala sapi beberapa kali menggunakan tangan kanannya.
     
Gerak bibirnya komat-kamit membaca doa sebagai ritual sebelum melakukan pekerjaan yang telah ditekuninya sejak 2005.
     
Laki-laki asal Desa Mranggen, Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan itu kemudian mengambil gergaji dan memotong sekitar 5 centimeter bagian ujung tanduk sapi.
     
Setelah itu, tanduk yang masih berada di kepala sapi itu pun diserut agar kembali runcing.
     
Seluruh bagian luarnya disayat menggunakan pisau hingga tampak rapi dan bersih, lalu dihaluskan sehingga berbentuk seperti semula, namun dengan ukuran lebih pendek.
     
Ngasimin bilang terkadang ia merasa kesulitan saat menangani sapi yang bergerak gesit dan sulit didiamkan, terutama saat kaki-kaki ternak tersebut dipegang dan kukunya ditumpukan pada sebatang kayu sebagai alas potong kuku.
     
Ketika pahat baru menempel, palu langsung pemukul diayunkannya hingga menghantam pahat.
     
"Jlakkk...," bunyi ujung penampang palu saat berbenturan dengan pangkal gagang pahat.
     
Sapi yang terkejut pun terkencing, tempias mengenai tangan Ngasimin. Namun pria paruh baya itu seperti tak menghiraukan. Dengan cekatan, ayunan palu kedua, ketiga dan seterusnya dia ulang hingga kuku-kuku sapi terlihat rapi.
     
"Sebelumnya aku bekerja sebagai makelar sapi sejak 1982. Namun ada orang yang mengingatkan bahwa pekerjaan makelar itu kurang baik. Sering berbohong dan bisa berdosa," tuturnya, bercerita.
     
Dari obrolan bernuansa spiritual saat itu, Ngasimin mulai berpikir untuk beralih profesi.
     
Hasilnya, sejak 11 tahun lalu (1995), Ngasimin benar-benar beralih menekuni pekerjaan sebagai penjual jasa salon hewan.
     
"Aku merasa lebih nyaman dengan pekerjaan sekarang ini," katanya mencoba meyakinkan bahwa dia bahagia dengan pekerjaan sederhana tersebut.


Naikkan Harga Hewan
     
Ya, Ngasimin memang sudah merasa bahagia dengan dunia barunya itu, sebab dari menjual jasa salon sapi, hasil yang ia dapat tergolong lumayan.
     
Setiap ekor sapi yang ia dandani dan rawat, upah yang diterima Ngasimin rata-rata Rp50 ribu per ekor.
     
Sementara untuk jenis kambing tarif jasa salon hewan yang ia patok mencapai Rp20 ribu per ekor.
     
"Tergantung paket (jasa) yang diminta. Jika salon penuh tanduk dan kuku kaki-kaki harganya ya seperti itu," ujarnya mengisahkan sejarah perjalanan hidupnya sebagai penjual jasa salon hewan.
     
Ngasimin menjelaskan, pekerjaan menjual jasa memperindah tampilan hewan antara lain meliputi pemotongan dan pembersihan tanduk, kuku serta terkadang mengobati hewan yang sakit.
     
Semua tindakan perawatan itu dia lakoni  menggunakan peralatan serba manual, seperti pahat, palu, gergaji, pisau, kikir serta ramuan untuk mengobati sapi sakit.
     
Setiap pedagang hewan di sejumlah pasar hewan di Madiun, Magetan dan Ponorogo sudah pasti mengenal Ngasimin.
     
Hal itu tak lepas dari rajinnya Ngasimin menyambangi pasar-pasar hewan di kota-kota di wilayah eks-Karesidenan Mataraman itu setiap hari pasaran, demi membuka praktik jasa salon hewan.
     
"Dengan dipotong dan dibersihkan kuku serta tanduknya yang memanjang dan kotor, hewan akan tampak lebih muda, bersih dan menarik," katanya.
     
Tidak hanya cantik, harga ternak sapi potong ataupun kambing juga ikut naik hingga Rp500 ribu per ekor untuk jenis sapi, dan Rp200 ribu per ekor untuk kambing.
     
Penuturan Ngasimin dibenarkan Jumali, penjual sapi yang sering membawa sapinya ke salon hewan Ngasimin.
     
"Kalau tanduk dipotong dan dibersihkan seperti ini, sapi tampak lebih muda dan menarik bagi pembeli," katanya.
     
Dampaknya, lanjut Jumali, harga sapi bisa terdongkrak sampai sekitar Rp500 ribu.
     
"Saya selalu bawa sapi-sapi daganganku ke Pak Ngasimin sebelum dijual. Lumayan, harga jualnya jadi bagus," katanya sembari menuntun salah satu sapi dagangannya usai mendapatkan sentuhan salon Ngasimin.


Melayani Panggilan
     
Ngasimin tak hanya melayani jasa saat buka praktik di pasar. Selama melakoni profesi jasa salon hewan, kata dia, tak sedikit pula yang mengundang untuk melayani jasa salon hewan dari kandang ke kandang.
     
Sekitar 10 hari pascalebaran lalu, tutur Ngasimin, dirinya mendapat rezeki besar dari pemilik usaha penggemukan sapi di Bandung, Jawa Barat.
     
Ia secara khusus diundang guna melayani jasa salon hewan untuk 50 ekor sapi milik pengundang.
     
"Saya diundang ke Bandung untuk memperindah tampilan 50 ekor sapi yang akan dijual untuk memenuhi permintaan hewan kurban dengan imbalan Rp200 ribu per ekor," katanya.
     
Sedikit melelahkan, namun Ngasimin mengaku bahagia. "Saat itu aku butuh waktu dua hari di Bandung dibantu dua orang anakku, Lilik Suryanto dan Bagus," katanya.
     
Peran Lilik Suryanto dan Bagus tidak berat. Keduanya hanya ditugasi Ngasimin memegangi sapi yang dipotong tanduk dan kukunya agar tak banyak bergerak," kata Ngasimin.
     
Belum lama ini, Ngasimin kembali mendapat panggilan untuk menangani 15 ekor sapi milik seorang pedagang di Desa Bantengan, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun.
     
Untuk melayani jasa salon panggilan itu, selain mendapatkan upah sesuai tarif Ngasimin juga mendapatkan tambahan uang transpor yang besarnya berbeda-beda sesuai jarak tempuh, kecuali yang Bandung karena upahnya sangat layak. (*)

Pewarta: Siswowidodo

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016