Banyuwangi (Antara Jatim) - Badan Ekonomi Kreatif atau Bekraf mendukung Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, untuk mengembangkan industri kreatif berbasis desa.
     
Bupati Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Jumat mengatakan dirinya beberapa waktu lalu telah bertemu dengan Kepala Bekraf Triawan Munaf.
     
Dari pertemuan tersebut, Kepala Bekraf menyatakan bakal membantu pengembangan industri kreatif di Banyuwangi dengan menerjunkan tim ke Banyuwangi pada 17 September 2015 untuk membahas teknis sinerginya.
     
"Industri kreatif berbasis desa sejalan dengan program Smart Kampung yang dijalankan Banyuwangi. Mengapa berbasis desa? Agar dampaknya terukur. Harus fokus. Misalnya, Desa Gintangan fokus ke subsektor industri kreatif kriya bambu, Desa Gombengsari ke kuliner kopi, desa lain fokus ke fashion Muslim, batik, dan seterusnya," ujarnya saat melakukan video call dengan fasilitas LINE dengan jajaran Pemkab Banyuwangi.
     
Anas sendiri kini sedang menunaikan ibadah haji, sehingga memanfaatkan LINE untuk terus berkoordinasi dengan jajarannya.
     
"Saya ingin program ini terlaksana baik, manfaatnya besar bagi masyarakat karena langsung berkaitan dengan ekonomi mereka. Terima kasih kepada Bekraf yang melirik Banyuwangi untuk dibantu pengembangannya," kata Anas.
     
Ia menambahkan, dengan industri kreatif berbasis desa, terdapat penciptaan nilai tambah pada produk dan jasa yang dihasilkan masyarakat desa.
     
"Sehingga value-nya besar bagi masyarakat. Misalnya di Desa Gombengsari yang kemarin dilaksanakan Festival Kembang Kopi, di sana kan sentra kopi rakyat, nanti kami dan Bekraf masuk untuk memberi nilai tambah, misal dari sisi kemasan,  pemasaran, atau event, bahkan bisa jadi ada peluang membikin kerajinan berbasis kopi, batik dengan corak kopi, dan sebagainya," ujar Anas.
     
Sinergi dengan Bekraf juga bakal dijalin dari sisi penyelenggaraan event tourism lewat Banyuwangi Festival. Bekraf bisa mendukung dari sisi pengembangan kreasi, jaringan, dan infrastruktur industri kreatif lainnya.
     
"Misalnya, Bekraf memfasilitasi peningkatan kualitas bermusik anak-anak muda Banyuwangi, yang nantinya tampil di festival-festival di Banyuwangi dan bisa juga diorbitkan ke festival di daerah lain oleh Bekraf," kata Anas.
     
Bekraf merumuskan ada 16 subsektor kreatif, yaitu fashion, kriya (kerajinan), arsitektur, aplikasi-pengembangan game, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, film, seni pertunjukan, seni rupa, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, televisi, dan radio.
     
Dari 16 subsektor tersebut, Banyuwangi memilih fokus untuk tujuh subsektor saja, yaitu fashion, kriya (kerajinan), seni rupa, seni pertunjukan, kuliner, musik, dan desain komunikasi visual. Pilihan terhadap enam subsektor tersebut menyesuaikan dengan kebutuhan Banyuwangi dan subsektor yang paling berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat.
     
Untuk fashion, misalnya, saat ini industri batik dan busana untuk oleh-oleh sedang bergeliat. Para perajin batik dan produsen busana yang menyasar pasar wisatawan pun bermunculan.
     
Demikian pula subsektor lain seperti kuliner, di mana Banyuwangi memiliki sejumlah kuliner khas yang banyak diminati seperti rujak soto, pecel pithik, aneka kopi, dan olahan buah.
     
"Untuk subsektor kerajinan, Banyuwangi berpotensi besar. Banyak perajin sudah mengekspor dan memasok ke Bali. Kami juga menggelar Osing Traditional Furniture Festival pada 6-10 Desember mendatang bareng dengan Banyuwangi Painting and Photography yang mengakomodasi seni rupa Banyuwangi. Banyak pelukis Banyuwangi yang karyanya telah dikenal, tapi kita perlu dilahirkan generasi-generasi baru," papar Anas.
     
Ia menambahkan, subsektor yang menjadi pendukung subsektor lainnya adalah desain komunikasi visual. Banyuwangi membutuhkan desain komunikasi visual untuk memasarkan produk kreatif yang ada. Di Banyuwangi telah berdiri Rumah Kreatif dengan dukungan salah satu perbankan yang di dalamnya juga berisi fasilitasi desain bagi para pelaku UMKM.
     
"Jika Bekraf turun tangan mengembangkan subsektor desain komunikasi visual tentu pemasaran berbagai produk dan jasa industri kreatif di Banyuwangi bakal kian progresif. Desain komunikasi visual ini penting karena produk bisa bagus, tapi tanpa komunikasi visual yang memadai, dia tak akan laku di pasar," papar Anas.(*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016