17 Agustus tahun empat lima
Itulah Hari Kemerdekaan kita
Hari merdeka Nusa dan Bangsa
Hari lahirnya Bangsa Indonesia
Merdeka
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap setia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap setia
Membela Negara kita

Lirik lagu berjudul Hari Merdeka karya H. Mutahar di atas menjadi lagu wajib setiap Hari Ulang Tahun (HUT) RI yang diperingati setiap 17 Agustus.

Tahun ini, 71 tahun sudah Tanah Air kita merdeka. Merdeka dari penjajah yang selama 350 tahun berbuat sewenang-wenang. Itu hanya dari era Belanda, belum perang zaman Jepang, sekutu, dan lainnya.

Beragam cara rakyat Indonesia memperingatinya. Tak hanya upacara bendera detik-detik Proklamasi Kemerdekaan, namun berbagai kegiatan tak formal lainnya dilakukan.

Sebut saja lomba-lomba, jalan sehat, karnaval, dan sebagainya. Biasanya semuanya dilakukan menjelang 17 Agustus (kecuali upacara bendera).

Lomba-lomba yang dilakukan pun sama dari tahun ke tahunnya. Ada makan kerupuk, balap kelereng, balap karung, pindah bendera, masukkan paku ke dalam botol, pindah air, sepeda lambat, balap egrang, benteng-bentengan, pukul bantal, mengeluarkan koin dari pepaya yang telah dilumuri oli, hingga panjat pinang.

Sangat menarik memang. Meski merebut hadiah sekadarnya, namun tak mengurangi animo peserta. Mulai anak-anak, remaja hingga pekerja kantoran tak ketinggalan berpartisipasi.

Lombanya pun digelar di lokasi terbuka. Bukan lapangan yang menjadi tempat paling besar, tapi di jalanan kampung, bahkan menutup total agar tak ada kendaraan berlalu-lalang.

Saat kecil, pengalaman itu saya rasakan dan tak ada kebahagiaan yang bisa menggantikannya. Kalau pagi ikut lomba di sekolah, sore dan malamnya di kampung tempat tinggal.

Hadiahnya tak besar, kadang buku tulis, kadang piring plastik (bukan piring cantik seperti hadiah deterjen lho..), kadang kaos, kadang topi, kadang juga pensil lengkap dengan penghapusnya.

Kalau di sekolah dulu, jarang sekali menang karena lawan-lawannya yang lebih hebat. Tapi kalau di kampung? Jangan ditanya, setiap tahun konsisten masuk tiga besar untuk lomba balap kelereng. He..

Lomba-lomba seperti itu hanya terjadi sekali dalam setahun. Jika tak ada Agustusan maka tak ada pula lomba-lomba permainan tradisional. Ada sih, tapi jarang, sangat jarang..!!

Yang paling seru panjat pinang. Apalagi tiang yang sudah dilapisi olu berada di tengah kali sehingga butuh nyali dan kekuatan besar agar bisa sampai mengambil hadiah-hadiah yang dipasang di atas.

Karena digelar setahun sekali setiap bulan ke delapan, tak berlebihan jika permainan dan perlombaan semacam itu kerap disebut lomba Agustusan.

Meski hanya sekali setahun, namun permainan-permainan semacam ini jangan sampai hilang kendati zaman sudah berubah.

Saran bagi karang taruna atau remaja-remaja aktif di kampung, jangan sampai lomba-lomba semacam di atas dihilangkan dan ditiadakan.

Apalagi sampai menggelar lomba-lomba yang berkaitan dengan seiringnya perkembangan teknologi, antara lain lomba play station, lomba menulis cepat di gawai, atau lomba modern lainnya.

Mengapa? Kalau sampai permainan ala-ala modern dipakai maka perlahan membunuh permainan traidisional.

Jangan sampai anak-anak kita nanti tidak kenal lomba balap karung, makan kerupuk, balap lari dan kelereng sebagainya. Kemudian yang dikenal adalah Play Station, Pokemon Go, dan  lain-lain.

Mari jaga permainan tradisional kita. Meski setahun sekali, namun yang namanya agustusan ya agustusan. Kalau mau lomba balap karung? Ya nunggu agustusan...!!

Bukan soal tidak ada even dan sarana permainan, tapi kesan mengikuti agustusan memiliki aura luar biasa, dan seolah menjadi ritual atau kebudayaan untuk mengadakannya di lingkungan tempat tinggal.

Ayo lomba balap karung... Ayo Agustusan, dan... MERDEKA...MERDEKA...MERDEKA...!!! (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016