Surabaya, (Antara Jatim) - PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) yang merupakan anak perusahaan PT PLN Persero menargetkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dari rumput laut di Amurang, Minahasa Selatan bisa selesai dan beroperasi pada 2019.
Direktur PT PJB Iwan Agung Firstantara, di Surabaya, Rabu mengatakan riset PLTBg saat ini sudah berjalan, dan diperkirakan akan memakan waktu sekitar 8 bulan dengan kerja sama Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah.
"Riset tentang PLTBg rumput laut di Amurang sudah mulai dilaksanakan, dan bekerja sama dengan Undip Semarang dengan memakan waktu sekitar 8 bulan, itu juga sudah disepakati oleh pemerintah, dan diperkirakan tiga tahun lagi proyek itu beroperasi," kata Iwan.
Ia mengatakan pengembangan PLTBg rumput laut sudah sangat sesuai dan memenuhi kriteria yang dibutuhkan, sebab di lokasi Amurang tumbuh beberapa spesies rumput laut, termasuk jenis rumput laut yang memiliki kandungan metan yang sangat tinggi dan cocok untuk pembangkit listrik.
"Rumput laut sebagai sumber energi pembangkit diolah oleh mesin hingga menghasilkan gas, dan gas tersebut kemudian dijadikan bahan bakar untuk menggerakan turbin," katanya.
Ia menjelaskan, lokasi laut di sana juga memiliki kedalaman yang bagus sehingga bisa dikembangkan secara bertingkat.
"Pemerintah daerah setempat juga sangat mendukung, dan proyek ini sudah masuk dalam rencana strategi pengembangan daerah," katanya.
Iwan menjelaskan, tahap awal investasi yang sudah digelontorkan untuk alokasi tahun 2016 adalah sebesar Rp2 miliar hingga Rp3 miliar.
"Jika proyek ini sudah beroperasi dan berhasil, maka PJB terlebih dahulu akan mematenkannya, kemudian mengembangkan di berbagai daerah yang sangat cocok untuk proyek serupa," katanya.
Rencananya, proyek serupa juga akan dikembangkan di berbagai daerah dengan melihat kesesuaian lautnya, dan bukan dari tingkat kebutuhan listrik daerah tersebut.
"Kami juga telah melakukan survei di Sumenep apakah laut di sana juga cocok untuk pengembangan PLTBg rumput laut ini," katanya.
Iwan mengatakan, produksi listrik dari energi baru terbarukan (EBT) saat ini mencapai sebesar 1.500 MW dari total 7.039 MW produksi listrik yang berhasil diproduksi PJB di delapan lokasi, atau sebesar 21 persen dari total produksi listrik.
"Lima tahun ke depan, kontribusi EBT ditargetkan bisa mencapai 2.500 MW atau 25 persen dari total produksi listrik, dan beberapa proyek saat ini sedang digarap, seperti PLTA Batang Toru sebesar 510 MW, dan yang sudah dibangun adalah PLTMG Bawean sebesar 3 MW. Serta energi surya sebesar 1 MW di Cirata," katanya.
PJB, kata Iwan, kini juga sedang melakukan diskusi tentang pembangkit listrik tenaga gelombang laut di bawah jembatan di Kupang Nusa Tenggara Timur, dengan memasang baling-baling di bawah jembatan yang bisa berputar akibat gelombang laut dan menggerakkan generator untuk menghasilkan tenaga listrik.
"Sekarang sedang melakukan pendekatan kepada Pemda Kupang untuk mendapatkan alokasi dana pembangunan jembatan. Kalau jembatannya sudah jadi, itu sangat mudah," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Direktur PT PJB Iwan Agung Firstantara, di Surabaya, Rabu mengatakan riset PLTBg saat ini sudah berjalan, dan diperkirakan akan memakan waktu sekitar 8 bulan dengan kerja sama Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah.
"Riset tentang PLTBg rumput laut di Amurang sudah mulai dilaksanakan, dan bekerja sama dengan Undip Semarang dengan memakan waktu sekitar 8 bulan, itu juga sudah disepakati oleh pemerintah, dan diperkirakan tiga tahun lagi proyek itu beroperasi," kata Iwan.
Ia mengatakan pengembangan PLTBg rumput laut sudah sangat sesuai dan memenuhi kriteria yang dibutuhkan, sebab di lokasi Amurang tumbuh beberapa spesies rumput laut, termasuk jenis rumput laut yang memiliki kandungan metan yang sangat tinggi dan cocok untuk pembangkit listrik.
"Rumput laut sebagai sumber energi pembangkit diolah oleh mesin hingga menghasilkan gas, dan gas tersebut kemudian dijadikan bahan bakar untuk menggerakan turbin," katanya.
Ia menjelaskan, lokasi laut di sana juga memiliki kedalaman yang bagus sehingga bisa dikembangkan secara bertingkat.
"Pemerintah daerah setempat juga sangat mendukung, dan proyek ini sudah masuk dalam rencana strategi pengembangan daerah," katanya.
Iwan menjelaskan, tahap awal investasi yang sudah digelontorkan untuk alokasi tahun 2016 adalah sebesar Rp2 miliar hingga Rp3 miliar.
"Jika proyek ini sudah beroperasi dan berhasil, maka PJB terlebih dahulu akan mematenkannya, kemudian mengembangkan di berbagai daerah yang sangat cocok untuk proyek serupa," katanya.
Rencananya, proyek serupa juga akan dikembangkan di berbagai daerah dengan melihat kesesuaian lautnya, dan bukan dari tingkat kebutuhan listrik daerah tersebut.
"Kami juga telah melakukan survei di Sumenep apakah laut di sana juga cocok untuk pengembangan PLTBg rumput laut ini," katanya.
Iwan mengatakan, produksi listrik dari energi baru terbarukan (EBT) saat ini mencapai sebesar 1.500 MW dari total 7.039 MW produksi listrik yang berhasil diproduksi PJB di delapan lokasi, atau sebesar 21 persen dari total produksi listrik.
"Lima tahun ke depan, kontribusi EBT ditargetkan bisa mencapai 2.500 MW atau 25 persen dari total produksi listrik, dan beberapa proyek saat ini sedang digarap, seperti PLTA Batang Toru sebesar 510 MW, dan yang sudah dibangun adalah PLTMG Bawean sebesar 3 MW. Serta energi surya sebesar 1 MW di Cirata," katanya.
PJB, kata Iwan, kini juga sedang melakukan diskusi tentang pembangkit listrik tenaga gelombang laut di bawah jembatan di Kupang Nusa Tenggara Timur, dengan memasang baling-baling di bawah jembatan yang bisa berputar akibat gelombang laut dan menggerakkan generator untuk menghasilkan tenaga listrik.
"Sekarang sedang melakukan pendekatan kepada Pemda Kupang untuk mendapatkan alokasi dana pembangunan jembatan. Kalau jembatannya sudah jadi, itu sangat mudah," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016