Surabaya, (Antara  Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur mencatat tingkat hunian kamar (TPK) hotel di wilayah setempat selama Juni 2016 turun dibanding Mei 2016, akibat jumlah wisatawan yang masuk melalui Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo juga turun.

"Dugaan sementara memang demikian, turunnya tingkat hunian itu akibat wisatawan yang masuk dari Juanda juga turun. Salah satu penyebabnya karena sejumlah peristiwa yang mengganggu keamanan," ucap kepala BPS Jatim teguh Pramono di Surabaya, Jumat.

Teguh mencatat TPK hotel berbintang di Jatim pada Juni 2016 mencapai 56,75 persen, turun 6,05 poin dibanding TPK bulan Mei.

Sedangkan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Jawa Timur melalui pintu masuk Juanda pada bulan Juni 2016 tercatat mencapai 14.755 kunjungan, turun 19,75 persen dibanding Mei 2016 yang sebanyak 18.386 kunjungan.

Namun, kata Teguh, secara kumulatif dari Januari�Juni 2016 mencapai 95.850 kunjungan atau naik 1,83 persen dibanding jumlah wisman periode yang sama tahun 2015 yang mencapai 94.129 kunjungan.

Menurut klasifikasi bintang, kata Teguh, TPK hotel bintang 4 mencapai 66,04 persen dan merupakan TPK tertinggi dibanding hotel berbintang lainnya, seperti bintang 5 sebesar 60,26 persen, bintang 3 sebesar 55,29 persen, bintang 2 sebesar 45,78 persen dan hotel bintang 1 sebesar 34,13 persen.

Ia mengatakan, selama 2016 jumlah hotel berbagai klasifikasi di Jatim mencapai 2.234 unit, terdiri dari hotel berbintang sebanyak 143 unit atau 6,36 persen dan non bintang 2.091 unit atau 93,64 persen.

Sedangkan jumlah kamar yang tersedia untuk seluruh hotel bintang sebanyak 14.216 kamar tipe standar, dengan ketersediaan tempat tidur sebanyak 21.725 buah. Sedangkan tipe suite sebanyak 120 dengan jumlah tempat tidur 120 buah.

"Ini menunjukkan rata-rata dari 100 kamar yang tersedia, sebanyak 70 hingga 71 kamar terjual tiap malamnya," ucapnya.

Untuk okupansi, hotel non bintang sebesar 32,28 persen, atau lebih rendah dibanding hotel bintang dengan okupansi 38,43 persen, dengan rata-rata lama menginap tamu di hotel non bintang selama 1,23 hari untuk tamu asing dan 1,31 hari untuk domestik.

Teguh mengatakan, bisnis hotel di Jatim saat ini menjadi kegiatan ekonomi yang menjanjikan, apalagi di beberapa kota dengan potensi pariwisata tinggi di Jatim, seperti Kota Surabaya, Kabupaten Pasuruan, Kota Batu dan Kabupaten Malang.

"Dari hasil survei kami, persebaran bisnis hotel di Jatim terkonsentrasi di empat daerah, yakni Surabaya, Malang, Pasuruan, Batu. Dan Surabaya paling banyak karena ibu kota provinsi," katanya.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim M Sholeh mengatakan dalam tiga tahun terakhir, jumlah hotel di Jatim khususnya Surabaya memang terus bertambah.

Ia mengatakan, hotel saat ini sudah menjadi kebutuhan wajib bagi pebisnis, apalagi sebagian besar hotel memiliki ruang-ruang pertemuan yang menjadi kebutuhan pelaku usaha.

"Hotel-hotel ini sebagian besar berdiri di jalan protokol dan pusat bisnis. Dari data akhir PHRI tahun 2016 ada pembangunan 10 hotel berbintang baru di Surabaya yang kini sudah menjadi pusat bisnis di Jatim dan Indonesia bagian timur," katanya.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016