Kediri (Antara Jatim) - PT Bisi International Tbk mengembangkan oyong atau gambas dengan kulit yang lebih halus, dengan harapan produksi petani bisa menjadi lebih baik, sebab sangat menarik untuk pasar ekspor.
     
Peneliti tanaman gambas PT Bisi International Tbk, Sandi mengemukakan tanaman itu adalah hasil uji coba varietas baru. Tanaman yang juga sering disebut bestru ini diuji coba di lahan.
     
"Hasil produksinya cukup bagus. Per batang, jika yang biasa atau lokal hanya dapat 3 kilogram saja, tapi ini bisa sampai 5 kilogram jika dirawat bagus," ujarnya ditemui di lokasi pabrik pengolahan benih, Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu.
     
Ia mengatakan, proses penanaman oyong halus ini sama dengan menanam gambas yang kulit kasar. Awalnya, media tanam disiapkan dengan membuat bedeng tanaman dengan lebar 90 sentimer. Setelah bedeng selesai, dibuat lubang lubang untuk diisi biji.
     
Sebelum dimasukkan benih, tanah ditaburi dengan pupuk kandang, dimana 1 meter persegi rata-rata membutuhkan pupuk hingga 3 kilogram. Hal itu dilakukan, agar tanah menjadi lebih subur. 
     
Biji oyong dipotong bagian ujung dengan pemotong kuku untuk memudahkan pertumbuhan. Satu lubang diberi satu biji tanaman. Setelah tumbuh, proses pengairan juga harus diperhatikan, sekitar dua hari sekali.
     
Ia menyebut, tanaman ini membutuhkan waktu sekitar 34-36 hari hingga siap berbuah dan panen. Jika normal, proses panen bisa dilakukan hingga 28 kali, sehingga petani pun bisa mendapatkan keuntungan lebih besar.
     
Ia juga menambahkan, rasa sayuran ini lebih manis jika dibandingkan dengan oyong yang kulit kasar. Namun, untuk besaran relatif sama dengan oyong yang kulit kasar sekitar 40-45 sentimeter.
     
Oyong tersebut, kata dia, memang belum begitu banyak ditanam petani di dalam negeri. Mereka lebih suka menanam yang jenis kulit kasar, yang dinilai lebih populer. Tanaman ini banyak ditanam untuk keperluan ekspor.
     
"Produksi sudah mulai banyak, tapi mayoritas untuk pasar ekspor. Benih ini sudah dieskpor sejak 2013, sekarang sudah sekitar 350 kilogram," ujarnya.
     
Untuk lokasi negara tujuan ekspor, Sandi menyebut banyak ke Asia selatan, misalnya Srilanka, Pakistan, India. Sayuran itu sering dimasak sebagai kare yang citarasanya disukai orang dari negara-negara tersebut.
     
Terkait dengan serangan penyakit, Sandi menyebut serangan juga sama dengan jenis oyong kulit kasar, misalnya terkena hama kresek atau penyakit hawar daun. Penyakit ini menyerang bagian daun yang awalnya berwarna kuning dan keras, lalu daun menjadi kering. Jika dibiarkan, tanaman tidak bisa tumbuh dengan maksimal.
     
"Antisipasi yang kami lakukan tetap menggunakan fungisida. Ini bisa menekan serangan penyakit kresek pada daun," ujarnya.
     
Ia justru sangat berharap petani bisa menanam tanaman ini. Selain rasanya yang lebih manis, produksi tanaman ini juga cukup besar, sehingga petani pun bisa mendapatkan keuntungan yang lebih. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016