Surabaya, (Antara Jatim) - Konsumsi premium atau bahan bakar bersubsidi kendaraan bermotor di wilayah Pertamina Marketing Operation Region (MOR) V yang meliputi Jatim, Bali dan Nusa Tenggara menurun sebesar 33 persen dari konsumsi rata-rata per hari.

Humas Area Manager Communication and Relation PT Pertamina MOR V Heppy Wulansari, Kamis mengatakan penurunan konsumsi ini adalah sejarah baru bagi BBM jenis premium, sebab diiringi dengan turunnya jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang menjual premium, dan lebih memilih menjual bahan bakar motor (BBM) non-subsidi.

"Sebelumnya mereka setia menggunakan premium yang masih disubsidi pemerintah, sekarang mereka justru memilih untuk beralih mengunakan BBK, seperti Pertalite dan Pertamax," katanya.

Berdasarkan catatan Pertamina MOR V, kata Heppy, pada tahun 2015 konsumsi premium di wilayahnya mencapai sekitar 14.000 Kilo Liter (KL) per hari dan saat ini (Juli 2016) menjadi  9.400 KL per hari atau turun 33 persen. 

"Tren penurunan ini diprediksi akan terus terjadi ke depan. Disisi lain penjualan Pertalite saat ini sudah mencapai 4.950 KL per hari. Sedangkan konsumsi harian Pertamax dibandingkan tahun 2015 mengalami kenaikan 37 persen," katanya.

Sedangkan untuk SPBU, tercatat ada sekitar 84 SPBU di seluruh Jatim yang hanya menjual Bahan Bakar Khusus (BBK) atau non-subsidi, yakni turun sekitar 10 persen dari total SPBU di Jatim yang mencapai 843 SPBU.

"Seperti SPBU yang ada di daerah Ketintang Surabaya, dan turunnya penjualan Premium ini memang dipengaruhi beberapa aspek, seperti hadirnya Pertalite dan yang kedua adalah tipisnya selisih harga Premium dangan Pertalite maupun dengan Pertamax," katanya.

Ia menjelaskan, saat ini selisih harga Pertalite dengan Premium hanya sekitar Rp350 per liter, sehingga membuat masyarakat beralih mengonsumsi Pertalite yang memiliki kandungan Ron lebih tinggi, yaitu Ron 90 dibanding tetap mengonsumi Premium yang hanya memiliki kandungan Ron 88.

"Kondisi inilah yang akhirnya memicu penurunan penjualan premium, dan penurunan premium di SPBU besarannya bervariatif. Bahkan di beberapa SPBU penurunan ini sampai diatas 50 persen," ucapnya.

Untuk 84 SPBU, kata Heppy memang omzet menjual premium hanya sedikit kemudian tidak lagi menjualnya, dan izin beralih untuk tidak menjual premium.

Heppy mengaku, meski masyarakat lebih cenderung memilih Pertalite dibanding Premium, namun ia memastikan Pertamina akan tetap selektif terhadap SPBU yang ingin tidak menjual premium, dan Pertamina terus menjaga agar Premium tetap ada dan tersedia di setiap wilayah kota dan kabupaten meski tidak di semua SPBU. 

"Karena premium ini merupakan penugasan dari Pemerintah. Jadi tetap akan didistribusikan oleh Pertamina. Masyarakat tidak perlu khawatir akan hal ini," katanya.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016