Surabaya (Antara Jatim) - Women Mayor Forum yang diikuti oleh wali kota-wali kota dan pemimpin perempuan dari negara-negara di dunia yang digelar di Pemkot Surabaya, Minggu, mendorong perempuan tampil menjadi pemimpin.
Sekretaris Jenderal United Cities and Local Governemet Nations Asia Pacific (UCLG ASPAC), Bernadia Irawati Tjandradewi mengatakan, jumlah pemimpin perempuan di Indonesia memang masih sangat sedikit.
"Dari sekitar 500 kota/kabupaten yang ada di Indonesia, jumlah perempuan yang menjabat sebagai bupati/wali kota tidak lebih dari 20 orang. Jumlah itu sangat sedikit. Itu sangat kurang sekali," ujarnya.
Hadir dalam acara tersebut, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dan beberapa wali kota dari kota-kota di Indonesia.serta beberapa wali kota dari negara di Asia Pasifik seperti Filipina dan Malaysia maupun dari Eropa seperti Rusia. Mereka juga menjadi delegasi agenda The Third Session Preparatory Committe (Prepcom) 3 for Habitat III di Surabaya yang akan dimulai Senin (25/7).
Untuk itu, ia berharap melalui Women Mayors Forum ini, akan tercipta letupan semangat bagi perempuan agar tergerak untuk tampil menjadi pemimpin. Dia juga berharap, tampilnya pemimpoin perempuan tidak sekadar karena gender, tetapi memang memiliki kedekatan dengan masyarakat dan juga melawan politik uang.
"Harapan kami, dengan adanya forum ini, akan ada lebih banyak perempuan yang terinspirasi dan termotivasi untuk menjadi pemimpin. Apakah itu menjadi wali kota/bupati atau DPRD. Itu bisa dimulai dari level RW. Yang terpenting harus dekat dengan masyarakat," ujar Bernadia.
Bernadia juga memberikan apresiasi kepada Wali Kota Surabaya yang telah mengemas acara tersebut, yang menurutnya sangat luar biasa. Dia mengaku bersama wali kota ikut melakukan pengecekan ketika malam (23/7) sebelum acara.
"Itu menurut saya luar biasa. Ini kesemparan saya mengucapkan terima kasih," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan melalui Women Mayors Forum tersebut, ada banyak wawasan baru yang bisa didapat. Utamanya yang disampaikan wali kota dari negara-negara Afrika dan juga di Asia Pasifik, di antaranya tentang kuota perempuan dalam parlemen. Bahwa di Afrika, kuota untuk perempuan itu 50 persen, sementara di sini masih 30 persen.
"Kita juga jadi tahu, di Afrika, mereka membentuk forum wali kota perempuan. Dan mereka bisa share tentang masalah-masalah kota nya serta bersama-sama mencarikan jalan keluar untuk menghadapinya," ujar wali kota.
Menurut Risma, jika ditarik benang merah kaitan agenda Women Mayors Forum tersebut dengan situasi di Surabaya, bahwa perempuan tidak perlu merasa takut bila ingin menjadi pemimpin yang tentunya melalui jalur politik.
"Kalau untuk Surabaya, kita bisa sharing bahwa perempuan itu tidak perlu takut ke politik yang seolah itu maskulin. Dengan adanya ini, perempuan Surabaya didorong untuk maju," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Sekretaris Jenderal United Cities and Local Governemet Nations Asia Pacific (UCLG ASPAC), Bernadia Irawati Tjandradewi mengatakan, jumlah pemimpin perempuan di Indonesia memang masih sangat sedikit.
"Dari sekitar 500 kota/kabupaten yang ada di Indonesia, jumlah perempuan yang menjabat sebagai bupati/wali kota tidak lebih dari 20 orang. Jumlah itu sangat sedikit. Itu sangat kurang sekali," ujarnya.
Hadir dalam acara tersebut, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dan beberapa wali kota dari kota-kota di Indonesia.serta beberapa wali kota dari negara di Asia Pasifik seperti Filipina dan Malaysia maupun dari Eropa seperti Rusia. Mereka juga menjadi delegasi agenda The Third Session Preparatory Committe (Prepcom) 3 for Habitat III di Surabaya yang akan dimulai Senin (25/7).
Untuk itu, ia berharap melalui Women Mayors Forum ini, akan tercipta letupan semangat bagi perempuan agar tergerak untuk tampil menjadi pemimpin. Dia juga berharap, tampilnya pemimpoin perempuan tidak sekadar karena gender, tetapi memang memiliki kedekatan dengan masyarakat dan juga melawan politik uang.
"Harapan kami, dengan adanya forum ini, akan ada lebih banyak perempuan yang terinspirasi dan termotivasi untuk menjadi pemimpin. Apakah itu menjadi wali kota/bupati atau DPRD. Itu bisa dimulai dari level RW. Yang terpenting harus dekat dengan masyarakat," ujar Bernadia.
Bernadia juga memberikan apresiasi kepada Wali Kota Surabaya yang telah mengemas acara tersebut, yang menurutnya sangat luar biasa. Dia mengaku bersama wali kota ikut melakukan pengecekan ketika malam (23/7) sebelum acara.
"Itu menurut saya luar biasa. Ini kesemparan saya mengucapkan terima kasih," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan melalui Women Mayors Forum tersebut, ada banyak wawasan baru yang bisa didapat. Utamanya yang disampaikan wali kota dari negara-negara Afrika dan juga di Asia Pasifik, di antaranya tentang kuota perempuan dalam parlemen. Bahwa di Afrika, kuota untuk perempuan itu 50 persen, sementara di sini masih 30 persen.
"Kita juga jadi tahu, di Afrika, mereka membentuk forum wali kota perempuan. Dan mereka bisa share tentang masalah-masalah kota nya serta bersama-sama mencarikan jalan keluar untuk menghadapinya," ujar wali kota.
Menurut Risma, jika ditarik benang merah kaitan agenda Women Mayors Forum tersebut dengan situasi di Surabaya, bahwa perempuan tidak perlu merasa takut bila ingin menjadi pemimpin yang tentunya melalui jalur politik.
"Kalau untuk Surabaya, kita bisa sharing bahwa perempuan itu tidak perlu takut ke politik yang seolah itu maskulin. Dengan adanya ini, perempuan Surabaya didorong untuk maju," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016