Surabaya, (Antara Jatim) - Peminat ibadah umroh dari Jawa Timur tidak terpengaruh dengan tragedi bom yang sempat terjadi di Madinah, Arab Saudi, dan jumlah pendaftar ibadah ke Tanah Arab itu tercatat meningkat 15 persen dibanding sebelum peristiwa.
Sekjen Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Jawa Timur Fauzy Mahendra, di Surabaya, Kamis mengatakan keinginan masyarakat Jatim untuk menjalankan ibadah umrah tidak terganggu adanya peristiwa bom yang terjadi di Madinah.
Ia mengatakan, berdasarkan data Amhuri minat warga Jatim seperti Banyuwangi masih sangat tinggi, dan tercatat jumlah pendaftar mencapai 2.400 orang usai Lebaran ini, dibanding sebelumnya yang hanya sekitar 2.000'an jemaah.
Berikutnya, Kabupaten Jember tercatat sebanyak 1.600 jemaah, Lumajang 1.200 jemaah, Probolinggo 1.000 jemaah, Pasuruan 2.200 jemaah dan Kabupaten Malang 2.000 jemaah.
"Jumlah masing-masing wilayah itu secara umum meningkat 15 persen dibanding sebelum adanya bom. Sepertinya jemaah dari Jatim tidak khawatir dengan teror bom yang ada selama ini," katanya.
Fauzy mengaku Amphuri yang beranggotakan 40 penyelenggara haji dan umrah juga memprediksi sampai akhir 2016 jumlah jemaah yang umroh akan meningkat 20 persen dibanding tahun 2015.
"Tidak ada pengaruh, hanya saja saat ini pemerintah Arab Saudi lebih memperketat kedatangan jemaah seluruh dunia akibat adanya teror tersebut," ucapnya.
Pria asal Bangkalan ini berharap masyarakat Jatim tetap bersemangat menjalankan ibadah umroh dan tidak perlu resah dengan tragedi tersebut, sebab pemarintahan Arab Saudi sudah melakukan pengamanan di semua lokasi Tanah Suci.
Sebelumnya, serangan bom bunuh diri menerjang tiga kota di Arab Saudi yakni Madinah, Qatif dan Jeddah.
Beberapa organisasi kemasyarakat di Indonesia mengutuk peristiwa itu, seperti Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir yang mengutuk keras, dan menyebut serangan itu menodai kota suci Medinah.
Selain itu, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan menilai rangkaian serangan ledakan bom yang terjadi di tiga kota di Arab Saudi, Jeddah, Qatif dan Madinah, menunjukkan bahwa terorisme tidak mempunyai agama.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Sekjen Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Jawa Timur Fauzy Mahendra, di Surabaya, Kamis mengatakan keinginan masyarakat Jatim untuk menjalankan ibadah umrah tidak terganggu adanya peristiwa bom yang terjadi di Madinah.
Ia mengatakan, berdasarkan data Amhuri minat warga Jatim seperti Banyuwangi masih sangat tinggi, dan tercatat jumlah pendaftar mencapai 2.400 orang usai Lebaran ini, dibanding sebelumnya yang hanya sekitar 2.000'an jemaah.
Berikutnya, Kabupaten Jember tercatat sebanyak 1.600 jemaah, Lumajang 1.200 jemaah, Probolinggo 1.000 jemaah, Pasuruan 2.200 jemaah dan Kabupaten Malang 2.000 jemaah.
"Jumlah masing-masing wilayah itu secara umum meningkat 15 persen dibanding sebelum adanya bom. Sepertinya jemaah dari Jatim tidak khawatir dengan teror bom yang ada selama ini," katanya.
Fauzy mengaku Amphuri yang beranggotakan 40 penyelenggara haji dan umrah juga memprediksi sampai akhir 2016 jumlah jemaah yang umroh akan meningkat 20 persen dibanding tahun 2015.
"Tidak ada pengaruh, hanya saja saat ini pemerintah Arab Saudi lebih memperketat kedatangan jemaah seluruh dunia akibat adanya teror tersebut," ucapnya.
Pria asal Bangkalan ini berharap masyarakat Jatim tetap bersemangat menjalankan ibadah umroh dan tidak perlu resah dengan tragedi tersebut, sebab pemarintahan Arab Saudi sudah melakukan pengamanan di semua lokasi Tanah Suci.
Sebelumnya, serangan bom bunuh diri menerjang tiga kota di Arab Saudi yakni Madinah, Qatif dan Jeddah.
Beberapa organisasi kemasyarakat di Indonesia mengutuk peristiwa itu, seperti Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir yang mengutuk keras, dan menyebut serangan itu menodai kota suci Medinah.
Selain itu, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan menilai rangkaian serangan ledakan bom yang terjadi di tiga kota di Arab Saudi, Jeddah, Qatif dan Madinah, menunjukkan bahwa terorisme tidak mempunyai agama.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016