Trenggalek (Antara Jatim) - Ribuan warga meramaikan ritual Lebaran Ketupat yang digelar di sejumlah desa di Kecamatan Durenan, Trenggalek, Tugu serta Gandusari, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Rabu.
Koresponden Antara di Trenggalek melaporkan, kepadatan arus lalu lintas terpantau jalan raya Durenan-Trenggalek serta pusat kota Trenggalek di Kelurahan Kelutan.
Arak-arakan gunungan kupat atau ketupat di Kecamatan Durenan serta aneka festival seni dan budaya di Kelurahan Kelutan membuat arus lalu lintas padat merayap mulai pukul 08.00 WIB hingga 14.00 WIB.
"Kami terpaksa mengalihkan arus lalu lintas untuk menghindari penumpukan arus lalu lintas yang meningkat saat fase puncak Lebaran Ketupat sekitar pukul 10.00 WIB hingga 13.00 WIB," kata Kanit Laka Satlantas Polres Trenggalek Ipda Joko Edi Santoso.
Suasana Lebaran Ketupat di wilayah Durenan berlangsung meriah. Ribuan warga dari berbagai penjuru daerah dalam maupun luar kota terlihat memadati jalan raya maupun jalan perkampungan di 14 desa penyelenggara Lebaran Ketupat.
Tradisi turun-temurun yang dimulai sejak pertengahan abad 18 tersebut dimulai dengan arak-arakan gunungan kupat atau ketupat oleh puluhan santri Ponpses Babul Ulum di seputar Desa Durenan yang menjadi pusat penyebaran tradisi Kupatan.
"Tradisi ini akan terus dijaga terus sebagai kearifan lokal untuk menjaga tali silaturahmi antara sesama muslim di Durenan maupun daerah-daerah sekitarnya," kata KH Fatah Muin, pengasuh Ponpes Babul Ulum, Durenan, Trenggalek.
KH Fatah yang pemuka agama Islam di Durenan itu mengklaim tradisi Lebaran kupat atau ketupat masih alami dibanding Lebaran Ketupat di daerah lain.
Selain acara gebyar kupat yang dikemas dalam bentuk pawai gunungan ketupat diiringi musik hadrah keliling desa, sebagian besar warga muslim di desa-desa Durenan menggelar acara makan ketupat gratis terhadap semua pengunjung singgah di rumah mereka.
Huda, salah satu warga Durenan yang menggelar ritual "open house" ketupat gratis menuturkan, dalam acara Lebaran Ketupat tersebut keluarganya menyiapkan ketupat yang dibuat dari 25 kilogram beras.
Selain ketupat, Huda juga menyediakan sayur berikut lauk opor ayam untuk menjamu setiap tamu yang singgah dan berlebaran ke kediaman mereka.
"Puncak keramaian di Durenan justru terjadi pada H+7 Lebaran seperti ini karena pada H+1 hingga H+6 Hari Raya Idul Fitri rata-rata masyarakat muslim di sini memilih melaksanakan puasa sunah Syawal yang ditutup dengan Lebaran Ketupat sekarang," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Koresponden Antara di Trenggalek melaporkan, kepadatan arus lalu lintas terpantau jalan raya Durenan-Trenggalek serta pusat kota Trenggalek di Kelurahan Kelutan.
Arak-arakan gunungan kupat atau ketupat di Kecamatan Durenan serta aneka festival seni dan budaya di Kelurahan Kelutan membuat arus lalu lintas padat merayap mulai pukul 08.00 WIB hingga 14.00 WIB.
"Kami terpaksa mengalihkan arus lalu lintas untuk menghindari penumpukan arus lalu lintas yang meningkat saat fase puncak Lebaran Ketupat sekitar pukul 10.00 WIB hingga 13.00 WIB," kata Kanit Laka Satlantas Polres Trenggalek Ipda Joko Edi Santoso.
Suasana Lebaran Ketupat di wilayah Durenan berlangsung meriah. Ribuan warga dari berbagai penjuru daerah dalam maupun luar kota terlihat memadati jalan raya maupun jalan perkampungan di 14 desa penyelenggara Lebaran Ketupat.
Tradisi turun-temurun yang dimulai sejak pertengahan abad 18 tersebut dimulai dengan arak-arakan gunungan kupat atau ketupat oleh puluhan santri Ponpses Babul Ulum di seputar Desa Durenan yang menjadi pusat penyebaran tradisi Kupatan.
"Tradisi ini akan terus dijaga terus sebagai kearifan lokal untuk menjaga tali silaturahmi antara sesama muslim di Durenan maupun daerah-daerah sekitarnya," kata KH Fatah Muin, pengasuh Ponpes Babul Ulum, Durenan, Trenggalek.
KH Fatah yang pemuka agama Islam di Durenan itu mengklaim tradisi Lebaran kupat atau ketupat masih alami dibanding Lebaran Ketupat di daerah lain.
Selain acara gebyar kupat yang dikemas dalam bentuk pawai gunungan ketupat diiringi musik hadrah keliling desa, sebagian besar warga muslim di desa-desa Durenan menggelar acara makan ketupat gratis terhadap semua pengunjung singgah di rumah mereka.
Huda, salah satu warga Durenan yang menggelar ritual "open house" ketupat gratis menuturkan, dalam acara Lebaran Ketupat tersebut keluarganya menyiapkan ketupat yang dibuat dari 25 kilogram beras.
Selain ketupat, Huda juga menyediakan sayur berikut lauk opor ayam untuk menjamu setiap tamu yang singgah dan berlebaran ke kediaman mereka.
"Puncak keramaian di Durenan justru terjadi pada H+7 Lebaran seperti ini karena pada H+1 hingga H+6 Hari Raya Idul Fitri rata-rata masyarakat muslim di sini memilih melaksanakan puasa sunah Syawal yang ditutup dengan Lebaran Ketupat sekarang," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016