Surabaya (Antara Jatim) - Kritikus sastra dari Universitas Indonesia Maman S Mahayana menerbitkan antologi puisi berjudul Jejak Seoul.
     
Maman dalam keterangannya di Surabaya, Selasa menjelaskan buku setebal 145 halaman tersebut berisi tema tentang dunia Korea Selatan, tempat ia bermukim dan mengajar selama hampir lima tahun, yang khas dan unik.
     
Lewat antologi ini, katanya, pembaca menyelami kultur, kuliner, kehiodupan sosial dan sejarah Korea Selatan yang budaya popnya kini digemari anak-anak muda, termasuk di Tanah Air.
     
"Sebuah kejutan! Begitulah kesan saya setelah membaca naskah buku Jejak Seoul karya Maman S Mahayana ini. Seperti pisau bermata dua, di satu sisi, dosen FIB-UI yang lebih dikenal sebagai kritikus sastra Indonesia ini ternyata menyimpan buah pikiran cemerlang. Selama hampir lima tahun bermukim di Seoul, ia mencermati, merekam, mencatat, dan menumpahkan segala pengalamannya itu ke dalam bentuk sajak," kata Prof Koh Young Hun, Ketua Department of Malay—Indonesia Studies, Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Seoul.
     
Di sisi yang lain, katanya, tema-tema sajak yang dipilih Maman menjadi sangat khas dan satu-satunya dalam peta persajakan Indonesia, yaitu dunia Korea.
     
Menurut dia, beberapa penyair Indonesia, seperti Taufiq Ismail, Ajip Rosidi, Motinggo Busye, Cecep Syamsul Hari, dan Rida K Liamsi memang pernah juga menulis sajak tentang Korea. Tetapi sajak-sajak mereka itu terselip di antara sajak-sajak lain dengan tema-temanya yang juga lain.
     
"Maman S Mahayana, dengan sadar telah memilih dunia Korea dengan latar sejarah dan kehidupan masyarakatnya dalam keseluruhan sajaknya. Mengingat teks sastra sering kali juga mencerminkan masyarakat dan menjadi sarana mengenal juga budaya masyarakat tertentu, jadilah buku ini laksana sebuah pintu yang terbuka, dan pembaca dibawa menelusuri ceruk kehidupan sosial-budaya, sejarah, dan dinamika bangsa dan Negara Korea," kata sejawat Maman di HUFS ini.
     
Ia menilai buku ini merupakan panorama Korea yang mengendap dalam sajak. Maka, sajak-sajak dalam buku ini, ibarat representasi suara orang asing yang berhasil menyatu dalam setiap musim, sambil berkeliling memasuki tempat-tempat wisata, sejarah kuliner, dan elan semangat bangsa Korea.
     
"Membaca buku ini, saya seperti diajak kembali menoleh dan berdialog dengan dunia sekitar yang telah melahirkan dan membesarkan saya: Korea!" kata Koh. (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016