Bondowoso (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, mendapatkan bantuan dana hibah dari pemerintah Jepang perwakilan Surabaya senilai Rp1 miliar untuk pembangunan pondok kesehatan desa atau poskesdes untuk menekan angka kematian ibu melahirkan.

"Belum optimalnya fasilitas kesehatan, khususnya bagi ibu dan bayi, memicu tingginya angka kematian ibu dan anak di Bondowoso. Untuk itu Pemkab Bondowoso melalui bantuan hibah Pemerintah Jepang, membangun sebuah pondok kesehatan desa atau ponkesdes," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso Imron di Bondowoso, Selasa (14/6) malam.

Ia mengemukakan, ponkesdes dibangun di Desa Sumber Waru, Kecamatan Binakal, karena desa tersebut tercatat memiliki angka tertinggi kematian ibu melahirkan.

Bantuan dana hibah dari Konsul Jenderal Jepang di Surabaya itu, kata dia, total keseluruhan senilai Rp1 miliar. Sebanyak Rp645 juta untuk pembangunan fisik ponkesdes, sedangkan Rp95 juta untuk pemberdayaan kader posyandu di dua kecamatan, yakni Kecamatan Pakem dan Binakal.

"Kabupaten Bondowoso menjadi salah satu kabupaten yang terpilih dari empat kabupaten/kota di Jawa Timur, yang mendapatkan dana hibah 'grassroots'," katanya.

Menurut Imron, problem yang paling krusial di Bondowoso adalah tingginya angka kematian ibu dan bayi, salah satu faktor penyebabnya adalah aksesibilitas masyarakat untuk mencapai sarana kesehatan.

"Sarana kesehatan yang dimiliki Pemkab Bondowoso belum representatif atau masih kurang layak. Setidaknya ada sekitar 20 persen fasilitas kesehatan yang harus diperbaiki, termasuk juga kebutuhan tenaga medis," tuturnya.

Ia menembahkan, ke depan pemerintah kabupaten setempat berencana mengajukan kembali proposal bantuan hibah "grassroots" karena masih banyak daerah yang harus disentuh.

"Saya berharap Pemerintah Jepang masih bisa memberikan dukungan lagi untuk membangun fasilitas kesehatan di beberapa titik di Bondowoso," paparnya.

Berdasarkan catatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, angka kematian ibu sejak Januari hingga Juni 2016 mencapai 10 orang, sembilan di antaranya meninggal pada saat nifas.

"Penyebab kematian ibu melahirkan mayoritas karena keracunan pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, bengkak pada kaki, tangan dan wajah, serta adanya protein yang keluar dari urine," katanya.

Sementara untuk angka kematian bayi atau balita pada triwulan pertama 2016, yaitu usia 0 - 7 hari sebanyak 23 bayi, usia 8 - 20 hari sebanyak empat bayi, usia 29 – 1 tahun sebanyak 12 bayi, dan 8 balita.

"Penyebab yang mendominasi kematian bayi ini dikarenakan berat bayi lahir rendah serta bayi tidak langsung bernafas spontan saat dilahirkan," ujarnya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016