Rabu siang, 8 Juni 2016, kampung Lebak Timur 3D digegerkan dengan kedatangan puluhan polisi berseragam hitam-hitam, berhelm, mengenakan penutup wajah dan bersenjata lengkap.

Warga bertanya-tanya, ada apa gerangan? Mereka bergerombol saling tanya. Tidak sedikit yang terlelap di tengah siang Ramadhan itu terbangun. "Ada apa? kok banyak polisi?," kata seorang pria di teras rumahnya yang berada persis di mulut gang.

Polisi yang diketahui dari Tim Detasemen Khusus 88/Antiteror Mabes Polri itu menyasar sebuah tempat kos-kosan yang dinding-dindingnya berbahan papan triplek dicat hijau, berpintu warna merah.

Semakin sore, semakin ramai. Tidak hanya warga, polisi pun demikian. Mulai yang berseragam, maupun tidak. Mobil penjinak bom milik Gegana Polda Jatim juga terparkir. Garis polisi terpasang melintang agar tak ada yang mendekat.

Perlahan warga tahu. Kedatangan polisi-polisi itu memburu seseorang yang diduga teroris. Barang-barang dari dalam dimasukkan kardus, diangkut menuju mobil jihandak. Bermacam-macam ternyata, ada rangkaian bom siap pakai lengkap dengan bahan-bahannya. Ada senjata api laras panjang, laras pendek, juga lengkap dengan pelurunya. Ada pula sebilah sangkur dan sejumlah senjata tajam lainnya.

Warga sekitar semakin terkejut karena ternyata di sebuah tempat kos yang luasnya tidak terlalu besar dan terkadang untuk tempat arena bermain "play station" anak-anak itu tersimpan bom.

Pemiliknya berinisial Pur. Seorang pria 34 tahun yang sebenarnya warga setempat, namun tinggal lama di Makassar, Sulawesi Selatan. Sebelumnya juga sempat merasakan hidup di "hotel prodeo" karena terlibat tindak pidana penipuan/penggelapan, serta mengonsumsi narkoba.

Kakak kandung Pur bernama Anik mengaku kaget saat diberitahu polisi menggerebek tempat tinggal adiknya. Ia tak bisa berbuat banyak, hanya menangis, karena tak menyangka apa yang baru dilihatnya. "Ibu saya itu selalu pesan ke adik, hati-hati bergaul dan pilih teman. Jangan sampai ikut-ikutan, bahkan terjerumus," ucapnya sembari menyeka air mata yang tetesannya tak berhenti itu.

Pur kini masih menjalani proses pemeriksaan Tim Densus 88/Antireror. Bahkan, tak hanya dia, dua orang rekannya lain yang menjadi pengembangan penyelidikan turut diamankan, yakni inisialnya Fn dan Brn. Selain Lebak Timur, tempat kos lain di Jalan Lebak Agung dan sebuah warung PKL di pinggir Jalan Kalianak Surabaya tak luput dari penggerebekan.

Melihat kasus di atas, kagetnya warga terhadap kedatangan polisi maupun "suksesnya" para terduga teroris tinggal di kawasan permukiman padat penduduk hingga nyaris tak berbau, membuat kita harus selalu waspada terhadap lingkungan sekitar.

Semisal di Lebak Agung, lokasi tempat kos Pur berada di dalam gang yang gangnya juga berada di gang lain. (Dari Jalan Kenjeran, ada gang bernama Jalan Lebak Timur, kemudian ada gang lagi Lebak Timur 3D). Lebar jalanannya pun tidak lebih dari dua meter, rumahnya berhimpitan, bisa dibilang tak ada lahan yang dibiarkan kosong semeter pun. Benar-benar super padat penduduk permukimannya.

Tapi, warga pun tak mengetahui aktivitas salah seorang penghuni tempat kos. Tetangga kanan-kiri juga terkejut saat polisi mengeluarkan satu per satu barang-barang berbahaya yang sewaktu-waktu bisa meledak dan menghilangkan nyawa orang banyak.

Di sinilah peran peduli terhadap tetangga diuji. Tidak harus melulu perangkat RT-RW, namun kewajiban kita sebagai penduduk untuk peduli terhadap tetangga, terlebih mereka yang tinggal di sebelah-sebelah rumah.

Menyadur program Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jatim, yaitu "Gerakan Peduli Tetangga" menjadi sesuatu yang harus digulirkan. Dengan sapa, minimal senyum ke sesama, semua sudah terasa indah.

Dengan tagline "Gandeng Tangan Jaga Lingkungan", program yang dideklarasikan awal tahun 2016 oleh tokoh yang akrab disapa Gus Ipul itu akan cocok diterapkan di seluruh permukiman.

Fungsi tetangga sangat penting mencegah tindakan radikalisme, terutama terorisme sehingga warga harus pro aktif.
Bukannya berburuk sangka, tapi ini demi kebaikan bersama. Jangan sampai kampung kita dihuni orang yang tak jelas asal-usulnya.

Di sini juga peran RT maupun RW, yaitu untuk tak segan-segan menegur jika mendapati warganya bersikap mencurigakan.Yang menjadi catatan, seluruh penghuni kampung harus saling mengenal, jangan sampai ada yang asing di kampung kita. Kalau tidak mau diajak berkegiatan dengan warga lain, cari alasan mengapa yang bersangkutan menolak.

Mari jaga kampung dari noda, tidak hanya terorisme, tapi seluruh gerakan yang mengarah ke radikalisme. Jangan lupakan pula bahaya narkoba selalu mengancam sekitar. Juga, potensi kejahatan seksual, penganiayaan, dan ancaman kejahatan lainnya.

Ini tugas kita sebagai warga. Jangan sampai mereka berulah, jangan sampai mereka "merdeka".
Ayo... Gandeng Tangan Jaga Lingkungan..!! (*).

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016