Malang (Antara Jatim) - Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang menemukan alat untuk menekan biaya pakan ikan dengan "Maggot Hermetia Illusence Nursery Room" atau "MAHIR", yakni inovasi alat pembuatan pakan ikan alternatif.
 
"Alat ini untuk menghemat pengeluaran biaya produksi pakan ikan. Alat ini juga mampu menciptakan lingkungan sesuai kondisi optimal pertumbuhan maggot dengan kontrol temperatur," kata salah seorang mahasiswa yang menjadi anggota tim peneliti "MAHIR", Radatul Munawaroh di Malang, Jawa Timur, Selasa.

Selain Radatul Munawaroh, anggota tim peneliti lainnya adalah Anggraeni DK, Annisa'u Choirun, Singgih Setyo U, dan Yoga Aditya.

Pakan alternatif ini menggunakan maggot Hermetia illucens. Organisme ini cukup ekonomis dan nilai nutrisi juga sesuai kebutuhan nutrisi ikan. Maggot ini dapat menjadi alternatif pakan ikan lele yang dapat mengurangi biaya pakan yang makin tinggi.

Ia mengakui yang melatarbelakangi pembuatan MAHIR  adalah karena tingginya biaya pembuatan pakan ikan akibat harga tepung ikan sebagai bahan baku makin mahal. Sementara, permintaan tepung ikan cukup tinggi dan banyak diimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Radatul yang akrab dipanggil Atul itu menguraikan maggot dikembangkan dengan menggunakan alat MAHIR yang direkayasa dengan suhu terkontrol agar tetap optimal pada pertumbuhan maggot, yaitu 29,3 derajat selsius, menggunakan thermostaat.

Selain itu, lanjutnya, untuk menjaga kelembaban dari lingkungan pada MAHIR, udara panas saat fermentasi juga akan dibuang dengan menggunakan kipas. Kondisi lingkungan yang dikontrol ini diharapkan mampu meningkatkan produktifitas maggot, sehingga ketersediaan maggot yang tinggi dapat menjadi bahan pengganti tepung ikan pada pembuatan pelet ikan.

Atul mengemukakan inovasi ini telah diujicobakan di area pembudidayaan pembesaran lele di Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Hasil analisis finansial, kata Atul, setiap Rp1 biaya yang dikeluarkan untuk produksi, menghasilkan penerimaan  Rp3,15. Sedangkan jika menggunakan pelet ikan pada umumnya, setiap Rp1 biaya yang dikeluarkan untuk produksi menghasilkan penerimaan Rp1,18.

Namun, pembudiyaan maggot ini masih menggunakan alat dan media yang sangat sederhana sehingga produk maggot menjadi relatif kecil dan membutuhkan waktu lama. "Riset ini masih perlu mengembangkan kontrol lingkungan dengan tujuan mempercepat pertumbuhan maggot," katanya. (*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016