Kediri (Antara Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri menyebutkan kenaikan harga gula pasir memicu  inflasi Kota Kediri, pada Mei  hingga 0,12 persen, berbanding terbalik pada April 2016 yang justru deflasi hingga 0,45 persen. 
     
"Kenaikan harga gula ternyata juga memengaruhi inflasi di Kediri. Gula pasir termasuk komoditas yang dihitung sebagai penyumbang inflasi," kata Kepala Seksi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kediri Lulus Haryono di Kediri, Jawa Timur, Kamis.
     
Ia mengatakan, selain komoditas gula pasir, terdapat bahan lainnya yang juga ikut menyumbang inflasi, yaitu bawang putih, daging ayam ras, apel, wortel, telur ayam ras, rokok kretek filter, kelapa, emas perhiasan, dan minyak goreng.
     
Secara total, inflasi di Kota Kediri dipengaruhi oleh kenaikan maupun penurunan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran. Kenaikan indeks terjadi pada kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,76 persen, kelompok sandang sebesar 0,39 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,13 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, serta olahraga sebesar 0,03 persen. 
     
Sedangkan, tiga kelompok pengeluaran lainnya mengalami penurunan, antara lain kelompok bahan makanan sebesar 0,16 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,06 persen, serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen.
     
Selain terdapat beberapa komoditas yang menyumbang inflasi, terdapat komoditas yang menekan terjadinya inflasi, seperti tomat sayur, kacang panjang, terong panjang, sawi hijau, kangkung, semen, bandeng/bolu, bayam, dan buah salak.
     
Lulus mengaku mendukung sikap pemerintah yang mengadakan operasi pasar, sebab dengan itu bisa menekan inflasi. Ia menganjurkan agar operasi pasar itu bisa diperpanjang, agar harga bahan pokok stabil.
     
"Sebentar lagi juga mendekati Ramadhan dan operasi pasar dianjurkan dilakukan. Pengamatan kami, di pekan terakhir Mei sudah mulai ada penurunan harga gula, sehingga mudah-mudahan Juni harga stabil," ujarnya.
     
Sementara itu, inflasi tidak hanya terjadi di Kediri. Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, di bulan Mei seluruhnya mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi di Sumenep sebesar 0,31 persen. 
     
Inflasi tertinggi lainnya di Jember 0,15 persen, Probolinggo 0,15 persen, Malang 0,15 persen, Surabaya 0,13 persen. Selain itu, disusul Surabaya 0,13 persen, Banyuwagi 0,12 persen. Kota Kediri dan Banyuwangi berada peringkat akhir, dimana Kediri 0,12 persen, dan Madiun 0,06 persen. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016