Surabaya (Antara Jatim) - Menristekdikti Mohammad Nasir berdialog dengan mahasiswa ITS yang merupakan anak dari pedagang jajanan, anak dari petani, dan anak dari keluarga tidak mampu yang merupakan penerima Bidikmisi Jalur SNPMTN ITS di Rektorat ITS Surabaya, Rabu.

Dalam dialog Menristekdikti dengan 129 penerima Bidikmisi yang diselimuti suasana haru itu, Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MScES PhD, terlihat beberapa kali mengeluarkan sapu tangan untuk menyeka air mata yang keluar dari kelopak matanya, termasuk undangan lainnya.

Menristekdikti mengawali dialog dengan Muhammad Siswan Afandi, salah satu penerima beasiswa Bidikmisi. Ia mengungkapkan kegembiraannya sambil menyampaikan latar belakang kehidupannya.

Cowok yang mengaku yatim karena ditinggal ayahnya sejak di bangku kelas 3 SD itu merasa sangat bersyukur bisa diterima di ITS melalui jalur Bidikmisi.

"Ibu saya hanya seorang penjual jajanan di depan sekolah dengan tiga anak, tapi beliau begitu menginginkan saya bisa kuliah. Bidikmisi telah mengantarkan saya untuk mewujudkan menggapai cita-cita," tuturnya.

Ia mengungkapkan para tetangga memang banyak yang meragukan apakah ia mampu untuk kuliah dengan kondisi ekonomi orang tua yang pendapatannya tidak menentu itu.

"Tapi, ibu saya terus berdoa dan memberikan motivasi saya untuk bisa kuliah, dan akhirnya saya bisa mendapat Bidikmisi," kata Siswan yang diterima di Jurusan Teknik Elekro ITS itu.

Siswan merupakan anak pertama yang lahir kembar. Saudara kembarnya masih belum diterima di jalur SNMPTN, karena itu ia berharap saudaranya bisa seperti dirinya menjadi mahasiswa dari jalur SBMPTN melalui Bidikmisi.

Lain lagi cerita Salma Niatu Zakiah, alumni SMA Negeri 2 Blitar. Bungsu dari tujuh bersaudara yang juga yatim sejak kelas 2 SMP ini mengungkapkan ibunya hanya seorang petani di Desa Kemloko, Nglegok, Blitar, sehingga awalnya ia merasa mustahil bisa kuliah.

Tapi atas saran guru di sekolahnya, ia akhirnya mendapatkan beasiswa Bidikmisi dan diterima di ITS di Jurusan Fisika.

"Dari tujuh bersaudara hanya saya yang kuliah di negeri dan mendapatkan Bidikmisi,¿ katanya. Kakaknya yang kuliah jurusan keperawatan di Blitar juga mendapatkan beasiswa, namun tidak seperti dirinya.

Jika tidak ada program Bidikmisi, lanjutnya, mungkin ia tidak bisa kuliah. "Karena saudara lainnya membantu ibu sebagai petani dan ada seorang yang menjadi TKI di Korea," katanya.

Ketika diminta Menristekdikti menyampaikan harapannya terhadap program Bidikmisi, para penerima beasiswa Bidikmisi yang berkesempatan menyampaikan uneg-unegnya berharap kuota Bidikmisi bisa ditambah.

Alasannya, masih banyak di lingkungan mereka yang tidak mampu tapi ingin kuliah. Tahun ini ITS mendapat kuota Bidikmisi sekitar 300-an, namun baru terisi melalui jalur SNMPTN sebanyak 129 orang dan sisanya akan dijaring melalui SBMPTN.

"Jumlah itu memang berkurang dari kuota tahun sebelumnya. Kami berharap agar jumlah untuk ITS bisa ditambah pada tahun berikutnya," ujar Rektor ITS Joni Hermana.

Mendapat masukan seperti itu, M Nasir menungkapkan, keterbatasan anggaran yang menyebabkan kuota Bidikmisi belum sempat untuk ditambah.

"Kini ada 286.951 penerima Bidikmisi yang total anggarannya mencapai Rp2,9 triliun. Jumlahnya akan bisa ditambah jika anggarannya pun nanti bertambah," jelas alumni SMA Negeri 1 Kediri itu.

Kepada para penerima Bidikmisi, Menristekdikti menyampaikan tiga hal untuk bisa menjalankan kuliah dengan sukses, yaitu cerdas, kerja keras, dan ikhlas.

"Tiga hal ini harus anda pegang dan camkan. Tidak perlu minder dan berkecil hati karena ketidakmampuan secara ekonomi. Pemerintah akan menyiapkan semua biaya untuk keberhasilan studi Anda," kata pria kelahiran Juni 1960 itu.

Bahkan, M Nasir berjanji jika para penerima Bidikmisi kelak bisa lulus dengan IPK di atas 3,5, maka mereka dipersilakan untuk melanjutkan ke program S2 atau S3 dengan beasiswa juga.

"Silakan terus perdalam ilmu kalian. Jika beasiswa terlambat cair bisa hubungi saya langsung. Karena kelancaran studi Anda antara lain ada pada cair-tidaknya beasiswa Anda," katanya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016