Tulungagung (Antara Jatim) - Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur memprediksi pemugaran Candi Sanggaran yang terletak di Boyolangu, Kabupaten Tulungagung baru akan rampung maksimal akhir 2017, karena banyaknya area situs yang harus direkonstruksi serta pengerjaan yang masih tradisional.

"Faktor anggaran juga mempengaruhi lamanya pengerjaan proyek pemugaran candi," kata Kasi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya BPCB Jatim Widodo di Tulungagung, Selasa.

Saat ini, kata dia, pengerjaan konstruksi candi utama telah mencapai 90 persen.

Widodo memperkirakan pekerjaan pemugaran induk candi utama bisa selesai sebelum akhir tahun anggaran 2016, sehingga periode selanjutnya BPCB fokus menyelesaikan renovasi konstruksi pagar yang mengitari Candi Sanggarahan.

"Pemugaran candi ini memang memakan waktu lama karena proses pengerjaannya masih dilakukan dengan cara tradisional supaya mendekati kondisi aslinya," kata dia.

Widodo tidak mengatakan nilai total proyek pemugaran Candi Sanggrahan yang telah dimulai sejak 2015, atau saat ini telah memasuki tahun kedua tersebut.

Ia mengatakan besaran anggaran pemugaran setiap tahun disesuaikan besaran kucuran dana yang diberikan pemerintah melalui APBN, lalu oleh BPCB dialokasikan pada dua proyek pemugaran di Candi Sanggrahan Tulungagung dan Candi Dermo Sidoarjo.

"Saya lupa nilai keseluruhan proyek ini (pemugaran Candi Sanggaran), tapi satu tahapan pekerjaan dalam kurun satu tahun anggaran nominalnya bisa mencapai Rp700 jutaan," ucap Widodo.

Selain Candi Sanggrahan, lanjut Widodo, di Tulungagung sebenarnya ada satu lagi situs yang berpotensi untuk dilakukan pemugaran karena kondisinya nisbi utuh.

"Candi Dadi di daerah (Desa) Ampelgading itu masih cukup bagus. Maksudnya meski kondisinya rusak konstruksi aslinya masih terlihat jelas sehingga tindakan pemugaran bisa dilakukan dengan mengacu situs aslinya," tuturnya.

Namun, Widodo mengatakan bahwa keputusan pemugaran suatu situs di wilayah BPCB Jatim harus melalui serangkaian kajian teknis dan kelayakan oleh tim arkeologi untuk selanjutnya disusun skala prioritas.

"Di Jatim ini ada sebanyak 265 situs yang sebagian di antaranya dalam kondisi rusak. Layak atau tidaknya dilakukan pemugaran semua masih harus dilakukan studi kelayakan baru ditentukan mana yang diprioritaskan dengan menyesuaikan ketersediaan anggaran dari pemerintah," ujarnya.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016