Banyuwangi, (Antara) - Peserta pelatihan internasional tentang perikanan dari enam negara Afrika bertolak dari Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BP3) Banyuwangi ke perairan Selat Bali untuk menguji alat tangkap perikanan, yakni "bubu".

"Hari ini peserta pelatihan melakukan penangkapan ikan secara langsung sehingga mereka saat kembali ke negara asal masing-masing bisa 'sharing knowledge' (berbagi pengetahuan) dan pengalamannya dengan kolega di wilayah masing-masing," kata Kepala Subdirektorat Wilayah Afrika dan Timur Tengah Direktorat Kerja Sama Teknik, Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Sigit Witjaksono di BP3 Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat.

Dia mengatakan pelatihan itu diikuti oleh 12 peserta dari enam negara di benua Afrika yaitu Kenya, Madagaskar, Mozambik, Namibia, Sudan dan Zimbabwe, serta tujuh peserta dari Indonesia seperti dari provinsi Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur.

Lokakarya itu bertajuk "International Workshop on Sustainable Marine Fishery Product Development for African Countries" yang berlangsung di Banyuwangi dan Bali pada tanggal 21-31 Mei 2016.

Pelatihan itu dilaksanakan oleh Direktorat Kerja Sama Teknik, Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu bekerja sama dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan serta BP3 Banyuwangi.

Dia mengatakan sejak tahun 1999, Indonesia telah melaksanakan lebih dari 460 program peningkatan kapasitas untuk lebih dari 5.400 peserta dari Asia, Afrika, Pasifik, Timur Tengah serta Amerika Selatan.

Dia menekankan lokakarya itu merupakan bagian dari bantuan pembangunan Indonesia kepada negara-negara berkembang dalam kerangka Kerja Sama Selatan-Selatan.

Selama 11 hari peserta pelatihan akan belajar mengenai teknik pengolahan ikan laut yang ramah lingkungan, kebijakan perlindungan ikan laut, serta pengembangan komunitas perikanan laut.

Selain sesi kelas dan praktik penangkapan ikan laut, peserta juga akan melakukan kunjungan lapangan antara lain ke sentra perikanan di Muncar, Banyuwangi, Tanjung Benoa, dan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan Karya Lestari Tabanan, Bali.

Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Banyuwangi I Wayan Suarya mengatakan para peserta dalam pelatihan internasional itu mempelajari antara lain penangkapan ikan dengan alat tangkap bubu dan pengolahan makanan siap saji yang terbuat dari ikan.

"Mereka sudah membuat bubu sebelumnnya, sekarang tinggal ke lautnya mencoba apa yang sudah mereka buat sehingga tahu persis apa kekurangan dan kelebihannya. Jadi setelah membuat, langsung mengoperasikan," tuturnya di BP3 Banyuwangi.

Dia mengatakan bubu dipilih karena merupakan alat tangkap perikanan yang ramah lingkungan.

Selain itu, bubu juga mudah dibuat dan membutuhkan biaya murah karena terbuat dari besi dan bahan jaring yang terbuat dari nilon.

"Bubu biasa digunakan oleh siapa saja," ucapnya.

Dia menambahkan dalam pelatihan hari ini, para peserta melakukan kegiatan lapangan dengan meletakkan bubu di perairan.

Dia mengatakan para peserta mendapat pengetahuan seputar perikanan dan mengenal produk perikanan yang dapat diimplementasikan ketika mereka pulang ke negara asal.

"Dengan pelatihan ini Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Banyuwangi  semakin dikenal di dunia. Di samping itu juga mereka akan membawa sesuatu yang khusus saat kembali ke negara mereka untuk meningkatkan kesejaheraan mereka," tuturnya.(*)

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016