Malang, 20/5 (Antara) - Tingkat konsumsi ikan di Kota Malang yang masih rendah dan jauh di bawah rata-rata nasional membuat Dinas Pertanian Kota Malang berpikir keras untuk meningkatkannya, minimal sama dengan tingkat konsumsi ikan nasional yang mencapai 35 kilogram per tahun per kapita.
Saat ini, konsumsi ikan masyarakat di Kota Malang masih menyentuh angka 25,5 kilogram per kapita per tahun. Dan, kondisi itu jauh di bawah rata-rata negeri tetangga, Malaysia, yang mencapai sekitar 70 kilogram per kapita per tahun dan Jepang justru lebih tinggi lagi, yakni mencapai 170 kilogram per kapita per tahun.
Melihat kondisi itu, Kepala Dinas Pertanian Kota Malang Hadi Santoso berpikir keras untuk memudahkan warga Kota Malang dan Malang raya pada umumnya untuk mendapatkan ikan segar dengan harga terjangkau. Seatu tahun terakhir ini, akhirnya munculah ide membuka swalayan ikan segar dengan berbagai produk olahannya.
"Apalagi program pemerintah saat ini juga mendukung untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat melalui program gemar makan ikan (Gemarikan) maupun program-program nasional lainnya yang tidak meninggalkan potensi kelautan atau kemaritiman," kata Hadi Santoso yang akrab dipanggil Sony itu.
Berkaca dari kebutuhan dan keinginan untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat, gedung UPT Dinas Pertanian Kota Malang di Jalan Sarangan disulap menjadi swalayan ikan terbesar dan pertama kali di Indonesia. Meski, konsep penjualannya menggunakan sistem swalayan, harga ikan segar dan produk olahannya itu tetap terjangkau.
Dinas Pertanian Kota Malang yang menggandeng PT Kelola Mina Laut untuk mengelola dan memasok kebutuhan swalayan tersebut, juga menyediakan 14 coldstorage dan sejumlah sarana pendukung lainnya. Dan, ikan-ikan segar maupun produk olahannya itu merupakan hasil tangkapan nelayan yang ada di Kabupaten Malang, Lamongan, dan Banyuwangi serta pembudi daya di wilayah Malang raya.
Sebanyak 280 nelayan dan pembudi daya yang dirangkul untuk mengisi stok ikan segar di swalayan tersebut. "Swalayan ikan ini sangat baik untuk mendukung program gemar makan ikan (Gemarikan) yang kini sedang digalakkan pemerintah. Keberadaan swalayan ikan ini juga memambah jumlah pasar yang ada serta memberi warna bagi bangkitnya ekonomi tradisional di sektor perikanan," kata Wali Kota Malang Moch Anton di sela peresmian swalayan ikan tesrebut di Malang, Jawa Timur.
Anton berharap dengan adanya swalayan ikan yang tidak hanya menyediakan berbagai jenis ikan segar ini, tingkat konsumsi ikan warga Kota Malang dan Malang raya pada umumnya akan semakin meningkat. Apalagi, swalayan ini juga menyediakan ikan yang sudah berbentuk fillet maupun ikan olahan lainnya.
Lebih lanjut, Anton mengatakan swalayan ikan itu akan menjadi pusat penjualan ikan dari berbagai daerah. Ikan laut yang dijual merupakan hasil tangkapan nelayan di berbagai daerah, terutama di Malang selatan, Lamongan, hingga Banyuwangi.
Luas bangunan swalayan ini 132 meter persegi dan sudah dilengkapi dengan sarana frezzer sebanyak tiga unit dan showcase sebanyak empat unit yang mampu menampung 4.659 kilogram ikan segar dalam bentuk fillet," urainya.
Swalayan ikan tersebut beroperasi mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Dengan hadirnya pusat penjualan ikan itu, Pemkot Malang berharap akan ada kenaikan konsumsi ikan warga setempat hingga 27 kilogram per kapita per tahun.
Berdasarkan data 2014, tingkat konsumsi ikan warga di Kota Malang masih rendah, yakni 24,93 kilogram per kapita per tahun dan pada 2015 meningkat menjadi 25,5 kg per kapita per tahun. "Harapannya dengan kenaikan target tingkat konsumsi ikan sebanyak 27 kilogram per kapita per tahun, akan semakin menggerakkan usaha budi daya ikan di Kota Malang dalam skala yang lebih besar," ucapnya.
Swalayan ikan yang memanfaatkan gedung UPT Dinas Pertanian Kota Malang itu dikelola Dinas Pertanian bekerja sama dengan perusahaan PT Kelola Mina Laut dan nelayan dari berbagai kawasan, khususnya nelayan di Kabupaten Malang. Nelayan bisa menjual ikan hasil tangkapannya di swalayan ikan tersebut, yang sudah lolos selekis sesuai persyaratan yang ditetapkan.
Menyinggung pengawasan terhadap pasokan ikan dari nelayan maupun pembudi daya, Sony mengatakan dilakukan secara ketat dengan mengutamakan pedoman aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Minimal, ikan stok dibekukan dalam lemari pendingin bersuhu nol derajat untuk membunuh kuman.
"Ikan yang diutamakan yang sudah berupa ikan fillet, namun ikan segar juga ada, yakni ikan lele, gurami, dan patin. Sistem transaksinya nanti juga akan dibuat satu pintu seperti di pusat perbelanjaan besar, tapi ini dengan harga petani yang pastinya terjangkau," ujarnya.
Sebelumnya, swalayan ini ditargetkan mulai beroperasi per 1 April 2016 atau bersamaan dengan Hari Jadi Kota Malang. Namun, rencana itu gagal karena beberapa alasan. Salah satunya, kesiapan bangunan yang masih membutuhkan perbaikan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Saat ini, konsumsi ikan masyarakat di Kota Malang masih menyentuh angka 25,5 kilogram per kapita per tahun. Dan, kondisi itu jauh di bawah rata-rata negeri tetangga, Malaysia, yang mencapai sekitar 70 kilogram per kapita per tahun dan Jepang justru lebih tinggi lagi, yakni mencapai 170 kilogram per kapita per tahun.
Melihat kondisi itu, Kepala Dinas Pertanian Kota Malang Hadi Santoso berpikir keras untuk memudahkan warga Kota Malang dan Malang raya pada umumnya untuk mendapatkan ikan segar dengan harga terjangkau. Seatu tahun terakhir ini, akhirnya munculah ide membuka swalayan ikan segar dengan berbagai produk olahannya.
"Apalagi program pemerintah saat ini juga mendukung untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat melalui program gemar makan ikan (Gemarikan) maupun program-program nasional lainnya yang tidak meninggalkan potensi kelautan atau kemaritiman," kata Hadi Santoso yang akrab dipanggil Sony itu.
Berkaca dari kebutuhan dan keinginan untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat, gedung UPT Dinas Pertanian Kota Malang di Jalan Sarangan disulap menjadi swalayan ikan terbesar dan pertama kali di Indonesia. Meski, konsep penjualannya menggunakan sistem swalayan, harga ikan segar dan produk olahannya itu tetap terjangkau.
Dinas Pertanian Kota Malang yang menggandeng PT Kelola Mina Laut untuk mengelola dan memasok kebutuhan swalayan tersebut, juga menyediakan 14 coldstorage dan sejumlah sarana pendukung lainnya. Dan, ikan-ikan segar maupun produk olahannya itu merupakan hasil tangkapan nelayan yang ada di Kabupaten Malang, Lamongan, dan Banyuwangi serta pembudi daya di wilayah Malang raya.
Sebanyak 280 nelayan dan pembudi daya yang dirangkul untuk mengisi stok ikan segar di swalayan tersebut. "Swalayan ikan ini sangat baik untuk mendukung program gemar makan ikan (Gemarikan) yang kini sedang digalakkan pemerintah. Keberadaan swalayan ikan ini juga memambah jumlah pasar yang ada serta memberi warna bagi bangkitnya ekonomi tradisional di sektor perikanan," kata Wali Kota Malang Moch Anton di sela peresmian swalayan ikan tesrebut di Malang, Jawa Timur.
Anton berharap dengan adanya swalayan ikan yang tidak hanya menyediakan berbagai jenis ikan segar ini, tingkat konsumsi ikan warga Kota Malang dan Malang raya pada umumnya akan semakin meningkat. Apalagi, swalayan ini juga menyediakan ikan yang sudah berbentuk fillet maupun ikan olahan lainnya.
Lebih lanjut, Anton mengatakan swalayan ikan itu akan menjadi pusat penjualan ikan dari berbagai daerah. Ikan laut yang dijual merupakan hasil tangkapan nelayan di berbagai daerah, terutama di Malang selatan, Lamongan, hingga Banyuwangi.
Luas bangunan swalayan ini 132 meter persegi dan sudah dilengkapi dengan sarana frezzer sebanyak tiga unit dan showcase sebanyak empat unit yang mampu menampung 4.659 kilogram ikan segar dalam bentuk fillet," urainya.
Swalayan ikan tersebut beroperasi mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Dengan hadirnya pusat penjualan ikan itu, Pemkot Malang berharap akan ada kenaikan konsumsi ikan warga setempat hingga 27 kilogram per kapita per tahun.
Berdasarkan data 2014, tingkat konsumsi ikan warga di Kota Malang masih rendah, yakni 24,93 kilogram per kapita per tahun dan pada 2015 meningkat menjadi 25,5 kg per kapita per tahun. "Harapannya dengan kenaikan target tingkat konsumsi ikan sebanyak 27 kilogram per kapita per tahun, akan semakin menggerakkan usaha budi daya ikan di Kota Malang dalam skala yang lebih besar," ucapnya.
Swalayan ikan yang memanfaatkan gedung UPT Dinas Pertanian Kota Malang itu dikelola Dinas Pertanian bekerja sama dengan perusahaan PT Kelola Mina Laut dan nelayan dari berbagai kawasan, khususnya nelayan di Kabupaten Malang. Nelayan bisa menjual ikan hasil tangkapannya di swalayan ikan tersebut, yang sudah lolos selekis sesuai persyaratan yang ditetapkan.
Menyinggung pengawasan terhadap pasokan ikan dari nelayan maupun pembudi daya, Sony mengatakan dilakukan secara ketat dengan mengutamakan pedoman aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Minimal, ikan stok dibekukan dalam lemari pendingin bersuhu nol derajat untuk membunuh kuman.
"Ikan yang diutamakan yang sudah berupa ikan fillet, namun ikan segar juga ada, yakni ikan lele, gurami, dan patin. Sistem transaksinya nanti juga akan dibuat satu pintu seperti di pusat perbelanjaan besar, tapi ini dengan harga petani yang pastinya terjangkau," ujarnya.
Sebelumnya, swalayan ini ditargetkan mulai beroperasi per 1 April 2016 atau bersamaan dengan Hari Jadi Kota Malang. Namun, rencana itu gagal karena beberapa alasan. Salah satunya, kesiapan bangunan yang masih membutuhkan perbaikan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016