Jember (Antara Jatim) - Turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) memicu terjadinya angka deflasi di Kabupaten Jember pada bulan April 2016 sebesar 0,46 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 120,43, bahkan deflasi Jember lebih tinggi dibandingkan angka deflasi Jawa Timur dan nasional.

Data di BPS Jember tercatat, Jawa Timur mengalami deflasi sebesar 0,25 persen dengan IHK 122,12 dan nasional juga mengalami deflasi sebesar 0,45 persen dengan IHK 123,19.

"Dari delapan kabupaten/kota IHK di Jawa Timur, semuanya mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,61 persen dan deflasi terendah di Kota Madiun sebesar 0,08 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, Indria Purwaningsih, di Jember, Rabu.

Menurut dia, deflasi terjadi karena penurunan harga yang ditunjukkan oleh sejumlah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,83 persen, kemudian kelompok bahan makanan sebesar 0,54 persen, dan kelompok sandang 0,01 persen.

"Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya deflasi di Jember di antaranya bensin, telur ayam ras, beras, tarif listrik untuk pra bayar, labu siam, solar, dan cabai rawit yang harganya turun saat itu," tuturnya.

Sementara Kasi Distribusi Statistik BPS Jember, Candra Birawa mengatakan turunnya harga BBM tidak serta merta memengaruhi sejumlah komoditas bahan pangan yang menjadi penyumbang inflasi karena komoditas tersebut dipengaruhi oleh musim dan panen.

"Meskipun BBM naik, harga bawang merah, rokok kretek, daging ayam ras, dan minyak goreng justru menjadi komoditas penyumbang inflasi di Jember karena harga komoditas tersebut naik karena berbagai faktor yakni belum panen atau pasokan terbatas," tuturnya.

Ia menjelaskan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan memberingan sumbangan inflasi sebesar -0,40 persen, kemudian urutan kedua kelompok bahan makanan sebesar -0,13 persen, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,05 persen.

"Dampak deflasi di Jember dapat dirasakan masyarakat karena harga sejumlah komoditas seperti beras, telur ayam ras, dan tarif listrik turun, namun saat terjadinya inflasi maka pihak yang merasakan keuntungan secara langsung adalah pedagang besar karena harga sejumlah komoditas naik atau mahal," katanya menambahkan.

Semua kabupaten/kota di Jatim mengalami deflasi yakni deflasi tertinggi di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,61 persen, diikuti Jember 0,46 persen; Kota Kediri 0,45 persen; Kota Malang 0,40 persen; Kabupaten Sumenep 0,39 persen; Kota Probolinggo 0,16 persen; Kota Surabaya 0,15 persen; dan terendah Kota Madiun 0,08 persen.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016