Isra merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Baitul Mukadas dengan menggunakan kendaraan "burak", sedangkan Mikraj adalah perjalanan nabi dari Masjidil Aksa ke Sidratul Muntaha (langit ketujuh).

Kedua peristiwa ini merupakan momentum penting dalam sejarah Islam, karena saat itu pula Nabi Muhammad SAW menerima perintah Allah SWT untuk menunaikan shalat lima waktu.

"Dengan demikian, Isra Mikraj ini sebenarnya merupakan dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad SAW dalam waktu satu malam saja, dan ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam," ucap Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Khairot, Pamekasan, Azis Ashari, M.HI.

Perjalanan Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aksa, lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha hanya dalam waktu satu malam itu, memang menimbulkan reaksi berbeda di kalangan masyarakat Arab kala itu. Ada yang tidak percaya, dan tidak sedikit pula yang menerima, bahkan meyakini dengan sepenuh hati.

Mengutip pernyataan tokoh Muslim terkemu Seyyed Hossein Nasr dalam buku "Muhammad Kekasih Allah", Azis Ashari menjelaskan bahwa pengalaman rohani yang dialami Rasulullah SAW saat Mikraj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang dijalankan umat Islam sehari-hari. 

"Artianya, shalat adalah mikraj-nya orang-orang beriman, sedang Isra lebih menekankan pada gambaran bahwa dunia yang luas sejatinya sempit apabila atas seizin Allah," tutur dosen Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam itu.

Menurut dia, pararel dengan kedua peristiwa ini, maka shalat sebagai tiang agama juga diperintahkan oleh Allah SWT untuk memupuk nilai-nilai kebaikan dalam diri manusia sebagai wakil Tuhan dengan tugas melestarikan dan memakmurkan bumi.

Isra Mikraj, seolah memberikan tekanan kepada umat manusia secara umum dan umat Islam secara khusus bahwa spiritualitas merupakan bagian penting dalam mewujudkan manusia paripurna, yakni manusia yang berwawasan nilai-nilai rabbani yang mampu menyeimbangkan kepentingan dunia dan akhirat.

"Karena dalam konsep Islam, rohani dan jasmani, dunia dan akhirat merupakan dua hal yang saling melengkapi, dalam upaya membentuk apa yang disebut 'insan kamil' (manusia sempurna)," kilahnya.

Oleh karenanya, Azis Ashari yang juga pembina Rumah Quran Mulya, Pamekasan, Madura ini mengajak, agar momentun peringatan Isra Mikraj dijadikan sebagai ajang melakukan refleksi diri, dengan merenungkan kejadian bersejarah yang telah dialami Nabi Muhammad SAW saat menerima perintah shalat lima waktu dari Allah SWT. (*)

Pewarta: Abd. Azis

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016