Malang (Antara Jatim) - Teknologi hasil temuan mahasiswa Program Learning Express (LEx) Singapore Polytechnic dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang diberi nama Soil Tilting and Nourishment Machine Worm Farmer mampu membantu para peternak cacing dalam melakukan budi daya.

Pimpinan Proyek Soil Tilting and Nourishment Machine Worm Farmer di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur Azharuddin Naseem, di Malang, Jumat, mengatakan teknologi ini memudahkan peternak dalam budi daya cacing karena peralatannya sudah menggunakan mesin.

"Kalau sebelumnya peternak melakukan kegiatan budi daya secara manual, mulai dari memberi makan, menggemburkan tanah hingga mengairi lahan, sekarang bisa lebih mudah dengan adanya mesin temuan kami," katanya.

Kolaborasi mahasiswa dari dua negara itu diawali dengan riset di Junrejo yang telah dilakukan setahun sebelumnya, dan berlanjut hingga pembuatan alat yang dilakukan di Singapura.  Kini, alat tersebut sudah diserahterimakan dan bisa dipakai peternak cacing di Junrejo.

Lebih lanjut, Azharuddin mengatakan dengan alat tersebut peternak cacing bisa memberi makan cacing dan menggemburkan tanah dalam waktu bersamaan. "Mereka tak perlu lagi membawa banyak alat berat ke sana-sini. Mereka juga tak perlu mengaduk tanah dengan tangan, sebab dengan alat ini pengerjaannya lebih cepat dan mudah," kata mahasiswa Singapore Polytechnic yang akrab disapa Azha ini.
 
Alat tersebut berbentuk seperti troli yang terdiri dari tiga komponen utama, yakni drum untuk menyimpan makanan cacing, pipa terletak di kanan dan kiri troli yang berfungsi menyalurkan makanan cacing berupa kotoran sapi yang telah difermentasi berbentuk cairan.

Selanjutnya, adalah roda bergigi yang terbuat dari stainless steel. "Dengan roda ini, tanah yang sudah disirami makanan cacing tadi bisa diaduk sehingga makanannya bisa terserap sempurna oleh cacing," terang Azha.

Azha mengungkapkan pembuatan alat ini membutuhkan waktu sekitar enam bulan, sejak September 2015 hingga Februari 2016, karena tim harus harus bolak-balik untuk melakukan penelitian dan menyesuaikan kondisi lokasi peternakan cacing dengan alat yang dibuatnya.

"Dengan alat ini, saya berharap mereka semakin giat bekerja, penghasilan bertambah dan kesejahteraan mereka jauh lebih baik," harapnya.

Selain Azharuddin Naseem, mahasiswa yang tergabung dalam proyek ini yaitu Doyle Tan, Cheung Kai Hong, Yong Wei Yaw, dan Muhammad Firman Abdul Wahab. Kelimanya adalah mahasiswa SP jurusan Mechanical and Aeronautical Engineering. Selama riset, mereka bermitra dengan beberapa mahasiswa UMM yang juga tergabung dalam program LEx.

Sementara itu staf International Relations Office (IRO) UMM, Karina Sari mengemukakan setiap tahunnya ada dua kali , yaitu pada Maret dan September, mahasiswa asing yang tergabung dalam program LEx ditempatkan di beberapa desa yang ada di Malang dan Kota Batu selama beberapa hari untuk melakukan kegiatan sosial.

Dengan tinggal di desa, lanjut Karina, mereka bisa mengetahui permasalahan yang ada di desa tersebut dan menemukan solusi yang dibutuhkan. "Mereka diharapkan memiliki sebuah ide untuk bisa menciptakan teknologi tepat guna yang bisa mengatasi permasalahan penduduk setempat,” terangnya.

Selain dibuat di Singapura, beberapa hasil karya program LEx lainnya juga akan dibuat di Jepang, bekerja sama dengan Kanazawa Institute of Technology (KIT) dan Kanazawa Technical College (KTC).

Ke depan, Karina berharap semakin banyak inovasi hasil karya peserta program LEx bagi masyarakat desa. "UMM akan terus berkontribusi melalui kegiatan ini untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat desa yang ada di Malang dan sekitarnya," ucapnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016