Tulungagung (Antara Jatim) - Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengimbau masyarakat petani dan peladang di daerah tersebut untuk mewaspadai risiko penularan bakteri leptospirosis yang diduga berasal dari hama tikus sawah maupun kebun.
    
"Petani dan masyarakat yang biasa beraktivitas di sawah atau kebun paling berisiko tinggi tertular virus leptospirosis ini," kata Kasi Pengandalian Penyakit (P2) Dinkes Tulungagung, Didik Eka di Tulungagung, Minggu.
    
Menurut Didik, kasus penyakit menular mematikan tersebut menjadi perhatian dinas kesehatan setelah kembali ditemukan seorang penderita leptospirosis di Desa Buntaran, Kecamatan Rejotangan.
    
Selama satu dasawarsa terakhir, kata Didik, kasus leptospirosis di Tulungagung belum sampai menyerang warga secara masal atau dengan korban masif.
    
Namun ia mengakui, dengan selalu ditemukannya kasus penyakit tersebut dinkes secara "standart operational procedure" harus melakukan langkah pencegahan agar penularan virus itu tidak terus menyebar.
    
"Satu saja ditemukan harus diantisipasi, karena bakteri leptospirosis dibawa oleh tikus yang mungkin saja sudah menyebab dalam populasi tertentu," ujarnya.
    
Mengacu data dinkes, kasus leptospirosis di Tulungagung paling menonjol terjadi pada 2013 dan 2014, dimana ditemukan beberapa korban yang berujung kematian pada salah satu pasien karena terlambat mendapat pertolongan.
    
"Dari data kami yang paling banyak tertular yakni pekerja sawah, kebun dan jaga tirta desa," katanya.
    
Sebagai langkah antisipasi, kata Didik, dinkes mengimbau warga agar menghindari kontak langsung dengan tikus saat melakukan pembasmian, agar tidak terkena cairan maupun darah tikus.
    
Alternatif lain, lanjut dia, yakni dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan, masker dan sepatu ketika beraktifitas di area persawahan dan kebun, termasuk juga kandang hewan.
    
"Tujuannya agar tidak ada cairan yang terkena kulit tubuh dan bisa menyebabkan masuknya bakteri lepto," kata Didik.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016