Tulungagung (Antara Jatim) - Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur kembali menemukan kasus leptospirosis pada salah seorang warga setempat yang mengalami demam tinggi disertai nyeri betis dan susah buang air kecil.
    
"Kasus ditemukan pada salah satu warga di Desa Buntaran, Kecamatan Rejotangan, beberapa waktu lalu," kata Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Triswati Samito di Tulungagung, Sabtu.
    
Triswati menyatakan temuan kasus leptospirosis itu adalah yang pertama teridentifikasi selama kurun Januari hingga April 2016.
    
Tahun-tahun sebelumnya, Triswati mengakui selalu ditemukan kasus serupa meski dengan jumlah penderita yang bisa dihitung dengan jari (sedikit).
    
"Leptospirosis jarang ditemukan. Tapi di Tulungung hampir setiap tahun ditemukan satu warga yang terserang penyakit ini," ujarnya.
    
Terkait kasus baru leptospirosis yang ditemukan pada seorang warga di Desa Buntaran, Triswati mengatakan tim dinkes telah memeriksa kondisi pasien.
    
Hasilnya, kata dia, diperoleh informasi bahwa sekitar 20 hari sebelumnya pasien diketahui pernah membunuh tikus yang ada di lingkungan tempat tinggalnya dengan cara dipukul.
    
"Saat memukul itulah diduga ada percikan darah tikus yang mengenai kulit tubuh hingga akhirnya tertular. Tikus merupakan hewan penular utama, bakteri masuk ke dalam kulit manusia," papar Triswati.
    
Ia memastikan tim dinkes juga telah melakukan penelitian epidemologi (PE) serta penyuluhan di sekitar lokasi ditemukannya leptospirosis di Desa Buntaran, Rejotangan.
    
Triswati menambahkan, pada dasarnya leptospirosis masih bisa disembuhkan asal cepat tertangani dan tidak salah melakukan pendekatan medis.
    
"Kalau terlambat akibatnya bisa fatal. Dulu pernah ada kasus eptospirosis yang menyebabkan korbannya meninggal, itu karena tidak cepat tertangani sehingga virus menyebar ke seluruh tubuh," ujarnya.
    
Triswati mengatakan, Tulungagung selama ini ditetapkan sebagai kawasan endemik leptospirosis.
    
Menurutnya, hewan pengerat jenis (tikus) yang ada di Tulungagung sebagian ditengarai banyak yang mengandung bakteri lepto apiral.
    
"Penyakit ini berbahaya. Sayangnya, tikus yang mengandung lepto itu tidak bisa dibedakan dengan tikus yang lain. Jadi harus waspada," katanya.
    
Data dari Dinkes Tulungagung, leptospirosis merupakan penyakit infeksi akut disebabkan bakteri "leptospira sp" yang pathogen berbentuk spiral.
    
Bakteri tersebut menurut penjelasan Triswati hidup pada suhu 28-30 derajat celcius, menular secara langsung dari hewan ke manusia, dan bisa menyebabkan kematian. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016