Madiun (Antara Jatim) - Sebanyak 1.016 perempuan di Kota Madiun, Jawa Timur, menjalani tes deteksi dini keberadaan virus penyebab kanker rahim dengan metode "pap smear" maupun inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) yang digelar oleh Dinas Kesehatan setempat. 

Ketua Tim Penggerak PKK Kota Madiun, Lies Bambang Irianto, di Madiun, Rabu, mengatakan, penyakit kanker rahim merupakan penyakit paling tinggi yang menyerang kaum perempuan setelah kanker payudara. Di Indonesia, setiap hari ditemukan 40 penderita baru kanker rahim dan sekitar 50 persen di antaranya berujung kematian. 

"Saya tidak ingin itu terjadi pada ibu-ibu di Kota Madiun. Meskipun di Kota Madiun kasusnya tergolong kecil, namun harus tetap dicegah sedini mungkin," ujar Lies Bambang Irianto kepada wartawan. 

Dalam tes deteksi dini tersebut, Dinkes Kota Madiun melibatkan sebanyak 40 petugas medis dari enam puskesmas di wilayah setempat. Hasilnya bisa diketahui dalam tiga pekan lagi.

"Berdasarkan data tahun lalu, tidak ada yang serius. Hanya ditemukan infeksi, namun belum positif HPV," kata dia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun, dr Agung Sulistya Wardhani, mengatakan, kanker rahim harus diperangi bersama. Deteksi awal harus dilakukan karena gejala awal dari penyakit tersebut tidak terasa. 

"Kanker rahim tidak muncul secara mendadak atau tiba-tiba, melainkan melalui proses panjang. Para ibu harus perhatian dengan kondisi kesehatan alat reproduksinya," kata dr Danik, sapaan akrab Agung Sulistya Wardhani. 

Adapun, golongan risiko tinggi terjangkit penyakit itu adalah para penganut seks bebas, melakukan hubungan suami istri kurang dari usia 20 tahun, dan melahirkan banyak anak dalam waktu berdekatan. 

Danik meminta para kaum perempuan berusia 30 hingga 50 tahun yang belum mengikuti tes deteksi dini untuk melakukan pemeriksaan ke puskesmas terdekat atau RSUD  Kota Madiun. 

"Sebab, puskesmas kita sudah tiga tahun ini memberikan pelayanan IVA. Semuanya gratis mengunakan Jamkesmasta atau BPJS," kata dia. 

Sementara, gejala awal yang patut diwaspadai dari penyakit tersebut adalah jika kerap mengalami keputihan atau pendarahan usai melakukan hubungan seksual. Deteksi dini diharapkan dilakukan untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. (*)
     

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016