Surabaya (Antara Jatim) - Mantan Ketua PP Muhammadiyah periode 2005-2015, Din Syamsudin mengimbau masyarakat dan pemerintah memahami langkah yang diambil PP Muhammadiyah untuk mendampingi keluarga terduga teroris, Siyono. 

"Sebagai mantan ketua PP Muhammadiyah, saya mengimbau masyarakat dan pemerintah memahami langkah Muhammadiyah dalam melakukan advokasi dengan keluarga Siyono," katanya usai meresmikan Fakultas Kedokteran di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Kamis.

Ia mengatakan, keluarga Siyono meminta pendampingan kepada Muhammadiyah untuk melaporkan kematian Siyono ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) karena sebelum meninggal, Siyono terlebih dahulu ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.

"Langkah Muhammadiyah merupakan sesuatu yang wajar dan harus diambil. Keluarga Siyono menanyakan penyebab kematian Siyono karena adanya perbedaan versi dari hasil visum Polri dengan tim independen PP Muhammadiyah," jelasnya.

Menurut hasil visum Polri, Siyono tewas setelah terkena benda tumpul di kepalanya akibat melakukan perlawanan, namun tim forensik independen dari PP Muhammadiyah menyimpulkan Siyono tewas karena patah tulang di bagian dada yang mengarah ke jaringan jantung.

"Sejak awal Muhammadiyah selalu mengecam terorisme karena hal itu bertentangan dengan nilai-nilai agama, namun perang melawan terorisme tidak bisa dilakukan dengan cara kekerasan, agar tidak menyuburkan radikalisme yang menjadi bibit terorisme," jelasnya.

Menurut dia, dalam memerangi terorisme, masyarakat dan aparat tidak selayaknya menggunakan cara-cara teroris, sehingga ia meminta kepada masyarakat agar menghormati apa yang sedang terjadi, terlebih hasilnya juga sudah diketahui.

"Misalnya kita menghilangkan nyawa seorang terduga teroris tanpa proses hukum, kemudian membuat marah setidaknya 20 orang di lingkungan sekitarnya, maka akan muncul pelaku teror lainnya," jelasnya.

Sebelumnya, Kepolisian mengklaim Siyono meninggal setelah berkelahi dengan anggota Detasemen Khusus Antiteror 88 dan menyatakan Siyono tewas akibat perdarahan di kepala yang disebabkan benturan dengan benda tumpul.

Selain itu, hasil autopsi juga menunjukkan ada memar di bagian belakang tubuh seperti bersandar pada permukaan keras.

Namun, baik PP Muhammadiyah maupun Komnas HAM menyatakan jenazah Siyono mengalami patah di lima iga bagian kiri, patah satu iga bagian kanan, dan tulang dada yang patah akibat benda tumpul di rongga dada mengarah ke jaringan jantung. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016