Jakarta, (Antara) - Lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa memberdayakan mantan tenaga kerja Indonesia asal Sragen, Jawa Tengah yang kembali ke Tanah Air dengan kebanyakan dari mereka memiliki nasib tidak menentu.

"Beberapa dari mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan, dan bahkan sulit memperoleh pekerjaan," kata General Manager Program Ekonomi Dompet Dhuafa Tendy Satrio lewat keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu.

Untuk itu, kata dia, Dompet Dhuafa menginisiasi Program Pemberdayaan Purna TKI. Program ini bertujuan meningkatkan usaha ekonomi keluarga mantan TKI melalui fasilitasi penguatan kegiatan ekonomi produktif.

"Selain meningkatkan usaha ekonomi, tujuan dari program pemberdayaan ini diharapkan mampu menjadi kerangka advokasi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh TKI, juga sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan potensi diri dan lingkungannya dalam aspek ekonomi," paparnya.

Dengan demikian, kata Tendy, para mantan TKI tidak menjadi seorang pengangguran. Lebih dari itu, program diharapkan memunculkan mantan TKI sebagai pelaku usaha baru yang bisa mandiri dan membuka lapangan pekerjaan.

Kabupaten Sragen, masih kata dia, menjadi salah satu wilayah yang menjadi pemetik manfaat dalam program Dompet Dhuafa itu.

Program pemberdayaan purna TKI Sragen telah berjalan selama enam bulan. Program ini direncanakan dilaksanakan selama satu tahun.

"Kabupaten Sragen dipilih karena cukup banyak mantan TKI di wilayah tersebut yang sudah memulai usaha dengan berbagai keterbatasannya," imbuhnya.

Tendy mengatakan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara umum adalah pendampingan program, perekrutan mitra, penguatan usaha mitra, pembiayaan usaha serta penguatan kelembagaan bisnis.

Saat ini, kata dia, terdapat empat kelompok dengan 30 perempuan mitra menjadi pemetik manfaat di Sragen. Mereka mengembangkan beberapa usaha seperti produksi aneka kripik, ternak burung puyuh, budidaya jangkrik dan budidaya jamur tiram.

"Hasil produksi lalu dipasarkan melalui kerja sama dengan para pemangku kepentingan baik instansi pemerintah, pengusaha jangkrik dan sentra oleh-oleh, bahkan sebagian sudah membuka pemasaran 'online'," tuturnya.(*)

Pewarta: Anom Prihantoro

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016