Surabaya (Antara Jatim) - Sejumlah komunitas bersama beberapa legislator asal DPRD Surabaya memunguti sampah yang mengganggu perkembangan ekosistem mangrove sekaligus melakukan penanaman di kawasan hutan mangrove Wonorejo Surabaya, Minggu.
"Ini sebagai wujud kepedulian warga Surabaya dan kesadaran bahwa mangrove sangat bermanfaat," ujar koordinator sekaligus tokoh mangrove Surabaya, Hermawan Some, di sela kegiatan.
Turut serta dalam kegiatan pungut sampah mangrove adalah Komunitas Rek Ayo Rek (RAR), komunitas foto se-Indonesia "Stylus Photo Gallery", Komunitas Nol Sampah, Komunitas Sepeda Tua Indonesia, dan komunitas pecinta lingkungan asal Jepang.
Menurut dia, keberadaan sampah ini membahayakan pertumbuhan tanaman mangrove yang menjadi "benteng" pantai serta muara di Wonorejo dari ancaman abrasi air laut.
Selain itu, efeknya mangrove yang berusia setahun bisa gagal tumbuh, hingga akhirnya mati karena terlilit dan tertutup sampah, terutama sampah plastik.
Banyaknya sampah di hutan mangrove, kata dia, tidak lepas dari kesadaran masyarakat yang masih membuang sampah tidak pada tempatnya, khususnya di sungai sehingga terbawa aliran air menuju ke laut.
Wawan Some, sapaan akrabnya, berharap sejumlah komunitas dan pemangku kebijakan lebih aktif mensosialisasikan serta mengingatkan warga Surabaya agar memiliki kesadaran terhadap lingkungan.
"Khususnya Komunitas Rek Ayo Rek yang anggotanya terdiri dari berbagai latar profesi. Tentu jika ini terus disuarakan maka sangat bermanfaat dan mengurangi sampah ke laut," ucapnya.
Anggota Komisi C DPRD Moch. Machmud yang ikut memungut sampah d mangrove mengaku prihatin dengan banyaknya sampah plastik yang mengganggu dan menilainya sebagai pekerjaan rumah pemerintah, baik eksekutif maupun legislatif.
"Apalagi sebenarnya luasan hutan mangrove punya kemampuan untuk terus bertambah alami asal dijaga. Ini adalah benteng terakhir dari abrasi," kata mantan Ketua DPRD Surabaya tersebut.
Selain Moch. Mahmud, turut hadir legislator lainnya seperti Sutadi, Dyah Katarina dan Laila Mufidah.
Kemudian, mantan anggota DPRD Surabaya Ernawati, Sachiroel Alim Anwar dan Herman Rivai.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Surabaya Jamhadi mengapresiasi komunitas-komunitas dan warga yang peduli terhadap lingkungannya, terutama mangrove.
"Ini harus diapresiasi dan jangan sampai menjadi formalitas saja. Selain terjun langsung ke lapangan, harus ada pencegahan agar sampah tidak semakin banyak," kata Ketua Tim Ekonomi Global Pemprov Jatim tersebut.
Sementara itu, berdasarkan data Pemerhati Maritim Surabaya, luas laut Surabaya 1.889 kilometer persegi, panjang garis pantai 26,7 kilometer, luas mangrove 1.180 hektare dan yang rusak sekitar 40 persen (400 hektare dengan nilai kerugian Rp16 miliar).
"Di pesisir Surabaya ditampung limbah dari sedikitnya 105 perusahaan yang dibuang ke Kali Surabaya. Dalam limbah antara lain ada unsur logam berat seperti merkuri dan timah yang berbahaya bagi mahluk hidup," kata Pemerhati Maritim Surabaya Oki Lukito. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Ini sebagai wujud kepedulian warga Surabaya dan kesadaran bahwa mangrove sangat bermanfaat," ujar koordinator sekaligus tokoh mangrove Surabaya, Hermawan Some, di sela kegiatan.
Turut serta dalam kegiatan pungut sampah mangrove adalah Komunitas Rek Ayo Rek (RAR), komunitas foto se-Indonesia "Stylus Photo Gallery", Komunitas Nol Sampah, Komunitas Sepeda Tua Indonesia, dan komunitas pecinta lingkungan asal Jepang.
Menurut dia, keberadaan sampah ini membahayakan pertumbuhan tanaman mangrove yang menjadi "benteng" pantai serta muara di Wonorejo dari ancaman abrasi air laut.
Selain itu, efeknya mangrove yang berusia setahun bisa gagal tumbuh, hingga akhirnya mati karena terlilit dan tertutup sampah, terutama sampah plastik.
Banyaknya sampah di hutan mangrove, kata dia, tidak lepas dari kesadaran masyarakat yang masih membuang sampah tidak pada tempatnya, khususnya di sungai sehingga terbawa aliran air menuju ke laut.
Wawan Some, sapaan akrabnya, berharap sejumlah komunitas dan pemangku kebijakan lebih aktif mensosialisasikan serta mengingatkan warga Surabaya agar memiliki kesadaran terhadap lingkungan.
"Khususnya Komunitas Rek Ayo Rek yang anggotanya terdiri dari berbagai latar profesi. Tentu jika ini terus disuarakan maka sangat bermanfaat dan mengurangi sampah ke laut," ucapnya.
Anggota Komisi C DPRD Moch. Machmud yang ikut memungut sampah d mangrove mengaku prihatin dengan banyaknya sampah plastik yang mengganggu dan menilainya sebagai pekerjaan rumah pemerintah, baik eksekutif maupun legislatif.
"Apalagi sebenarnya luasan hutan mangrove punya kemampuan untuk terus bertambah alami asal dijaga. Ini adalah benteng terakhir dari abrasi," kata mantan Ketua DPRD Surabaya tersebut.
Selain Moch. Mahmud, turut hadir legislator lainnya seperti Sutadi, Dyah Katarina dan Laila Mufidah.
Kemudian, mantan anggota DPRD Surabaya Ernawati, Sachiroel Alim Anwar dan Herman Rivai.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Surabaya Jamhadi mengapresiasi komunitas-komunitas dan warga yang peduli terhadap lingkungannya, terutama mangrove.
"Ini harus diapresiasi dan jangan sampai menjadi formalitas saja. Selain terjun langsung ke lapangan, harus ada pencegahan agar sampah tidak semakin banyak," kata Ketua Tim Ekonomi Global Pemprov Jatim tersebut.
Sementara itu, berdasarkan data Pemerhati Maritim Surabaya, luas laut Surabaya 1.889 kilometer persegi, panjang garis pantai 26,7 kilometer, luas mangrove 1.180 hektare dan yang rusak sekitar 40 persen (400 hektare dengan nilai kerugian Rp16 miliar).
"Di pesisir Surabaya ditampung limbah dari sedikitnya 105 perusahaan yang dibuang ke Kali Surabaya. Dalam limbah antara lain ada unsur logam berat seperti merkuri dan timah yang berbahaya bagi mahluk hidup," kata Pemerhati Maritim Surabaya Oki Lukito. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016