Surabaya (Antara Jatim) - "State Secretary" Swiss bidang Pendidikan, Riset, dan Inovasi, Dr Mauro Dell'Ambrogio akan memfasilitasi anggaran sebesar Rp1 miliar dolar Amerika Serikat untuk para peneliti muda di dunia, termasuk Indonesia.

"Kami punya lembaga sains nasional dan Indonesia menjadi negara sasaran kerja sama dari anggaran Rp1 miliar dolar AS tahun ini," kata dia yang didampingi Duta Besar Swiss Untuk Indonesia, Yvonne Bauman ketika berkunjung ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jumat.

Sebelum ke ITS, pemerintah Swiss tersebut juga berkunjung ke beberapa perguruan tinggi di Indonesia, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI) Jakarta dan Institut Pertanian Bogor (IPB) hingga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

"ITS menjadi salah satu sasaran kerja sama dari anggaran pendidikan karena kami punya anggaran besar untuk meningkatkan kerja sama karir para peneliti muda internasional, namun untuk bekerja sama dengan kami para peneliti harus mengajukan proposal," katanya.

Ia mengatakan Indonesia merupakan negara berkembang, maka secara otomatis banyak orang dengan tingkat pendidikan tinggi, sehingga pemerintah Swiss tertarik untuk bekerja sama dengan para peneliti di Indonesia.

"Swiss sudah memiliki kerja sama pendidikan jangka panjang dengan Korea Selatan, Jepang, Singapura. Sekarang kami menjajaki negara-negara baru, salah satunya Indonesia yang menapaki level sains dengan melihat indikator beberapa universitas, termasuk ITS yang sudah pernah kerja sama sebelumnya," jelasnya.

Kerja sama pendidikan tidak hanya spesifik ke teknologi, karena meihat potensi mahasiswa dan dosen yang inovatif sehingga dinilai mengesankan tentang sains dan berharap kerjasama antara Indonesia dan Swiss meningkat.
 
"Kami memiliki kerja sama pendidikan dengan Indonesia, tetapi lebih kepada mahasiswa yang datang untuk beasiswa Swiss. Kami pun akan meningkatkan kemungkinan penerima beasiswa Indonesia untuk datang ke Swiss pada jenjang S2 dan S3 serta mendorong pendidikan berbasis bahasa Inggris," paparnya.
 
Anggaran kerja sama pendidikan itu dinilai memang cukup mandiri, setiap universitas harus memiliki strategi unik untuk mengembangkan kerja sama internasional, sedangkan Kementerian Pendidikan Swiss sendiri mempunyai beberapa kerja sama bilateral, termasuk dengan ITS untuk tingkat organisasi.
 
"Yang menarik dari Indonesia untuk kerja sama ini adalah dari pengelolaan air, biodiversitas, maupun hal-hal yang berkaitan dengan teknologi berkelanjutan," terangnya.

Sementara itu, Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD mengatakan sistem pada anggaran Rp1 miliar dolar AS itu dilakukan secara bottom up, yaitu peneliti harus aktif menyusun proposal penelitian dan ide-ide untuk diajukan kerjasamanya ke pemerintah Swiss.

"Pemerintah Swiss hanya menyediakan dana, sedang pemanfaatannya diserahkan pada ITS. Penelitian yang dilaksanakan tidak jauh dari bidang sains, energi, lingkungan, dan pemukiman agar para peneliti juga bisa bekerja sama dengan Swiss," tandasnya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016