Pesawat dari Surabaya baru saja menjejakkan rodanya di Bandara Sjamsuddin Noor, Kalimantan Selatan. Situasi bandara sore itu berselimut kabut tipis. Bekas guyuran hujan juga masih membekas hingga ke ruas-ruas jalan menuju pusat kota.

Untuk melepas penat usai perjalanan sekitar sejam dari Surabaya, kami berisitrahat di sebuah penginapan di pusat kota, yakni  di Jalan Pangeran Antasari , Banjarmasin. Lokasi ini langsung menghadap Sungai Martapura yang tak pernah sepi oleh lalu-lalang "kelotok", sebutan perahu oleh masyarakat setempat.

Sinar matahari yang mulai redup, sesaat kemudian berganti dengan pendaran lampu berwarna-warni yang mempercantik alur Sungai Martapura.

Sungai Martapura atau Sungai Banjar Kecil yang aslinya bernama Sungai Kayutangi adalah anak Sungai  Barito yang muaranya di Kota Banjarmasin dan  hulunya di Kota Martapura Ibukota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Pagi menjelang. Waktu penantian pun lewat. Kami bergegas menuju perahu yang telah siap di bibir sungai, depan penginapan. Haluan kapal mulai menyibak Sungai Martapura. Udara pagi menerepa semilir menemani perjalanan, menjangkau Pasar Terapung Lok Baintan.

Di Kalimantan Selatan kini terdapat tiga pasar terapung yang juga banyak dikunjungi wisatawan, yakni Pasar Terapung di Muara Kuin,  Pasar Terapung "Siring" Piere Tendean di depan masjid raya ( keduanya berada di Kota Banjarmasin), serta Pasar Terapung Lok Baintan di Kabupaten Banjar, Martapura.

Perjalanan dari tepian sungai di Jalan Antasari hingga Pasar Terapung Lok Baintan sekitar satu jam. Pasar itu  berlokasi di Kecamatan Sungai Tabuk, Banjar, Kalimantan Selatan. Menyusuri Sungai Martapura sama halnya menyusuri sungai-sungai di "Kota Seribu Sungai" ini. Banyak pemandangan yang tidak ditemui di masyarakat perkotaan, khususnya yang tidak memiliki sungai besar.

Aktivitas pagi masyarakat terlihat di sisi kanan-kiri sungai yang padat dengan permukiman penduduk. Kegiatan mencuci dan mandi terlihat di sepanjang perjalanan.  

Selain itu, menyusuri Sungai Martapura seperti halnya menyusuri jalan protokol pada umumnya. Intensitas lalu-lalang perahu cukup tinggi. Rambu-rambu lalu lintas sungai pun terpasang di sejumlah titik di pinggir sungai.

Rumah penduduk, rumah makan bahkan toko penjual kelontong banyak yang menghadap ke sungai. Meski ada karamba di sejumlah sisi sungai, tapi ada pula penjual bensin eceran menggunakan botol di tepian sungai.

Pasar Terapung

Sinar matahari mulai merekah menyambut pagi. Perahu-perahu penjual berbagai sayuran, buah-buahan, bahkan aneka jajanan,  makanan dan minuman dari berbagai penjuru Kalimantan Selatan terlihat berkumpul  di tepian sungai. Transaksi pun terjadi.

Sayur dan buah-buahan yang dijual merupakan hasil dari pertanian masyarakat setempat sehingga ada buah atau jajanan tidak ditemui di tempat lain seperti buah kasturi, buah mentega, dan lainnya. Sedangkan jajanan dan makanan yang dtawarkan juga begitu, khas daerah setempat seperti sate dan soto khas Banjar.

Sensasi melakukan jual beli di daratan, tentu berbeda dengan di alur sungai yang cukup deras. Apalagi jika sensasi kegiatan jual beli tersebut dibandingkan dengan di toko swalayan yang tinggal mengambil sendiri, sudah pasti jauh berbeda. Senggolan antar perahu yang sering membuat hati berdebar merupakan hal yang biasa.  

Jual beli di pasar terapung banyak dilakukan kaum hawa. Transaksi bisa dilakukan secara tawar menawar, khususnya untuk buah dan sayuran. Barang dagangannya terlihat masih sangat segar. Harga yang ditawarkan juga sangat terjangkau. 

"Luar biasa. Belum pernah bisa menikmati transaksi sekaligus makan buah segar seperti ini," kata seorang pengunjung Pasar Terapung Lok Baintan dari Jawa Barat, Tisna Sanjaya, seraya menghabiskan sisa buah kasturi yang tinggal bagian ujungnya.

Sementara itu, jika menyusuri ke arah yang berbeda, menuju muara Sungai Barito terdapat Pasar Terapung Kuin. Pasar terapung di tempat ini sama juga di Lok Baintan, menawarkan hasil pertanian, jajanan, makanan serta minuman dan  hanya buka sesaat pada pagi hari, yakni berkisar pukul 06.00-08.00 Wita.

Kota Surabaya yang juga memiliki aliran sungai yang cukup besar, yakni Kalimas, mungkin bisa juga memaksimalkan fasilitas tersebut menjadi objek wisata air, meskipun tidak harus berupa pasar terapung.  

Pasar terapung di Kalimantan Selatan selama ini memang menjadi objek wisata andalan setempat. Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kalimantan Selatan pada 2015 sebanyak 26.934 orang, sedangkan wisatawan nusantara sebanyak 627.853 orang. Dari wisatawan tersebut, sebagian di antaranya berkunjung ke pasar terapung. (*)


Pewarta: Slamet Hadi Purnomo

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016