Banjir yang melanda di sejumlah kawasan di Kota Surabaya, khususnya di Perumahan elit Citraland beberapa waktu lalu bisa dikatakan selain faktor alam yang tidak bersahabat, juga karena kurangnya perhatian terhaddap saluran air atau gorong-gorong.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menilai kesadaran warga menjaga saluran air masih minim. Selain membuang sampah sembarangan di gorong-gorong, warga juga jarang membersihkan atau mengeruk lumpur dan sampah di saluran air. Jadi, membuat bangunan fisik (gorong-gorong) itu mudah, tapi membangun non-fisik (perilaku masyarakat) itu sulit.

Tentunya hal inilah yang mengakibatkan banjir terjadi seketika saat hujan lebat. Bahkan yang sempat membuat Risma kecewa banyak diantaranya pekerja bangunan khususnya pembangunan gedung perhotelan yang kurang memperhatikan keberadaan gorong-gorong. Bahkan mereka dengan enaknya membuang material bangunan di gorong-gorong. Tentunya jika ini dibiarkan akan terjadi penyumbatan saluran air.

Saat melakukan inspeksi di Jalan Moestopo, Surabaya, beberapa waktu lalu, Risma mengingatkan pekerja proyek pembangunan hotel agar tidak membiarkan material bangunan seperti pasir dan batu berserakan hingga menyumbat saluran air.

"Kalau dibiarkan seperti itu bisa menyumbat saluran air, akibatnya kan banjir," ucap Risma yang hampir setiap hari turun ke lapangan untuk memantau sejumlah saluran di beberapa kawasan yang dilanda banjir, termasuk ke kawasan perumahan elite di G Walk Citraland, Surabaya yang 'tenggelam' pada 24 Februari lalu.

Tidak jarang, Risma ikut mengarahkan para pekerja dari Dinas PU, Bina Marga dan Pematusan yang mengeruk dan memperbaiki saluran air di wilayah rawan banjir. Untuk antisipasi banjir susulan, Pemkot menurunkan dua alat berat milik Dinas PU Bina Marga dan Pematusan untuk mengeruk sumbatan pasir yang ada di saluran air, serta beberapa mobil dump truck. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016