Tulungagung (Antara Jatim) - Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur,
menyatakan seluas 139 hektare tanaman padi di daerah itu puso atau gagal
panen akibat terendam banjir.


"Kebanyakan tanaman yang terendam adalah tanaman padi yang berusia
kurang dari dua bulan sehingga membusuk dalam jangka waktu 3-5 hari,"
kata Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Disperta
Tulungagung, Gatot Rahayu di Tulungagung, Selasa.


Ia menjelaskan, pendataan tanaman padi yang puso memerlukan waktu beberapa hari.


Alasannya, tanaman padi hanya akan rusak jika sudah terendam dalam
jangka waktu tertentu sehingga tidak memungkinkan batang tumbuhan
melakukan proses asimilasi sebagaimana dalam kondisi normal.


"Kami memerlukan waktu minimal tiga hari untuk menentukan terendam dan lima hari untuk menentukan busuk," ujarnya.


Luasan sawah yang terendam banjir selama sepekan sebelumnya sebenarnya tercatat mencapai 841 hektare.


Namun dari jumlah itu, kata Gatot, baru 139 hektare yang sudah dipastikan puso atau gagal panen.


Selebihnya, tanaman padi masih berkembang karena air yang merendam sawah cepat menyusut.


Gatot menjelaskan, tanaman padi telah berbuah biasanya mengalami
pembusukan setelah dua hari terendam air, sementara untuk tanaman padi
muda atau mulai ditanam sanggup bertahan sekitar lima hari.


"Tidak seperti masyarakat umum, kami bisa melaporkan tanaman padi
terendam berdasarkan penelitian dengan mengacu lama terendamnya dan umur
padi," ujarnya.


Setelah mengetahui luasan tanaman padi yang puso, Gatot memastikan
disperta bakal mendata kembali "calon petani calon lahan" (CPCL) untuk
pemberian bantuan benih padi.


Rencananya, kata dia, setiap satu hektare luasan lahan pertanian
yang tanaman padinya puso atau gagal panen akan mendapatkan bantuan
sebanyak 25 kilogram benih padi.


"Bantuan benih padi akan kami berikan kepada masing-masing petani dengan luasan lahan yang puso," kata dia.


Gatot mengatakan, sebenarnya selain tanaman padi ada sekitar enam
hektare lahan lombok yang puso, namun itu tidak berpengaruh banyak bagi
petani sebab umurnya sudah tua dan waktunya diganti. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016