Lumajang (Antara Jatim) - Kabid Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Hendro Wahyono, mengatakan Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl meluncurkan guguran awan panas, Sabtu.

"Kami mendapat laporan dari petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur yang menyampaikan adanya guguran awan panas sekitar pukul 06.00 WIB," kata Hendro saat dihubungi di Lumajang.

Luncuran awan panas sejauh 4 hingga 5 kilometer di lereng gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut mengarah ke selatan dan tenggara yakni Besuk Kobokan dan Besuk Kembar di Kabupaten Lumajang.

"Guguran awan panas itu juga menyebabkan lontaran abu vulkanis tipis di sejumlah desa terdekat Gunung Semeru yakni di empat desa di Kecamatan Pronojiwo yakni Desa Pronojiwo, Oro-oro Ombo, Supit Urang, dan Sumberurip," tuturnya.

Hingga siang ini, lanjut dia, intensitas guguran awan panas tersebut sudah mulai menurun, namun petugas dan relawan terus memantau aktivitas gunung yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl itu.

"Luncuran awan panas tersebut jauh dari pemukiman warga karena jarak pemukiman warga dengan puncak Semeru sekitar 8 kilometer, sehingga saya imbau warga tetap tenang dan tidak perlu panik," paparnya.

Hendro mengatakan guguran awan panas sangat berbahaya, apabila terjadi tekanan dari dalam  magma yang sangat kuat akan memicu terjadinya semburan material pijar yang mengarah ke sejumlah daerah aliran sungai (DAS).

"DAS yang harus diwaspadai yakni Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Kobokan yang menjadi jalur luncuran awan panas Semeru," katanya.

Sementara Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari mengatakan pihaknya juga mendapat laporan dari petugas pos PPGA Semeru di Gunung Sawur Lumajang.

"Tadi pagi sekitar pukul 06.02 WIB telah terjadi guguran awan panas ke arah selatan-sungai Besuk Bang dan Besuk Kembar di Kabupaten Lumajang," katanya.

Berdasarkan konfirmasi PPGA Semeru di Gunung Sawur, lanjutnya, dugaan sementara, guguran awan panas tersebut karena aktivitas pertambahan kubah pada November 2015 di sekitar puncak dan lidah/kubah lava tersebut tidak stabil pada Februari 2016.

"Status Semeru masih tetap Level II atau siaga karena guguran awan panas itu bukan erupsi atau letusan. Pusat awan panas di puncak lidah lava dan tidak terjadi kerugian atau ancaman karena jauh dari permukiman.," katanya.

Ayu mengatakan TNBTS sudah menutup jalur pendakian Gunung Semeru sejak 5 Januari 2015 karena cuaca buruk dan upaya pemulihan ekosistem, sehingga dipastikan tidak ada pendaki di gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016