Blitar (Antara Jatim) - Para peternak terutama ayam di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, kesulitan mendapatkan jagung sebagai bahan utama untuk pakan ternak dan diganti dengan nasi aking. 
     
"Jagung sangat sulit didapat sejak empat bulan lalu. Selain sulit, harganya juga sangat mahal," kata Agus, salah seorang peternak ayam asal Desa Suruhwadang, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar di Blitar, Senin.
     
Ia mengatakan, harga jagung saat ini mencapai Rp7.000 per kilogram. Harga ini sangat mahal dalam sejarah, sebab harga mahal pun hanya berkisar Rp3.500 sampai Rp4.000 per kilogram. 
     
Kenaikan itu, selain terjadi pada jagung sebagai pakan utama ayam, juga bekatul yang mencapai harga Rp4.000 per kilogram. Demikian juga, dengan harga pakan yang saat ini sudah mencapai angka Rp375 ribu per 50 kilogram.  
     
Selain mahal, jagung di Kabupaten Blitar juga sulit didapat. Biasanya, para peternak membeli jagung dari luar kota, dan saat ini dari luar kota pun juga sama, jagung sulit didapat.
     
Agus mengaku mempunyai sekitar 7.000 ekor ayam petelur. Dari jumlah itu, biasanya memerlukan 6 kuintal pakan per hari yang merupakan campuran dari jagung, bekatul, serta konsentrat. 
     
Ia mengaku terpaksa mengganti pakan ternak. Jika biasanya untuk pakan campuran dari bekatul, jagung, serta konsentrat, sekarang karena tidak ada jagung diganti dengan beras ataupun nasi aking. 
      
"Kami mencari alternatif dengan campuran lain, misalnya nasi aking (nasi yang dikeringkan), ataupun dicampur dengan beras. Namun, harga beras pun juga mahal, sampai sekitar Rp7.000 yang kualitasnya jelek," ujarnya.
     
Namun, dampak dari adanya perubahan menu makanan unggas yang diternaknya kualitas telur yang dihasilkan juga berubah. Kuning telur yang biasanya berwarna sangat kuning, sekarang berubah cenderung putih. Selain itu, produksi juga turun drastis.
     
"Kualitas telur juga turun drastis. Peternak kelimpungan dengan kondisi ini, jadi pakan apapun kami berikan asalkan ayam kenyang dulu," ujar Wahyu, peternak lain asal Desa Kedawung, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.
     
Wahyu mengatakan, harga telur sebenarnya cukup mahal. Saat ini, telur diambil dengan harga Rp18.000 per kilogram. Sebenarnya, harganya cukup mahal, tapi pakan sulit, jadi tetap tidak bisa impas.
     
Wahyu mengaku, terpaksa menjual sebagian dari ayam yang diternaknya, untuk menghemat biaya. Ayam yang ia jual biasanya yang sudah terlalu berproduksi. Walaupun saat ini harga ayam dewasanya hanya Rp14.000 per ekor, ia tetap menjualnya dengan harapan bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. 
     
Kabupaten Blitar termasuk kota sentra unggas terutama ayam petelur. Kabupaten ini menyuplai banyak kota di Indonesia baik dari Pulau Jawa sampai luar Pulau Jawa. (*)  

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016