Surabaya (Antara Jatim) - Genap dua pekan usai Tahun Baru 2016, Indonesia, khususnya Ibu Kota Jakarta dikagetkan dengan ulah teroris yang meledakkan bom dan baku tembak dengan polisi di kawasan Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1).

"Gara-gara bom Jakarta, ribuan turis penumpang kapal pesiar batal ke Surabaya," begitu tulisan postingan di grup WhatsApp milik direktur salah satu museum bersejarah di Surabaya, keesokan harinya.

Ia meneruskan postingannya, intinya, turis akan berjalan-jalan keliling Surabaya, kemudian mampir di museum, sentra usaha kecil menengah dan pusat perbelanjaan di "Kota Pahlawan".

Beragam komentar bersahutan, sama semua, menyayangkan pembatalan kunjungan 1.500 kapal pesiar berbendera Belanda, MS Volendam.

Namun hanya berselang beberapa hari, ia kembali memposting tulisan yang menerangkan kunjungan 15 wisatawan asing ke Surabaya selama 14 hari, sekaligus belajar membuat kuliner tradisional serta memahami budaya lokal.

Surabaya dipilih menjadi satu dari sejumlah Negara yang akan dikunjungi wisatawan yang tergabung dalam "Tourism Promotion Organization for Asia Pasifik Cities" (Organisasi Pariwisata se-Asia Pasifik).

Wisatawan gabungan asal Korea Selatan, Malaysia, Jepang dan Tiongkok mengunjungi berbagai lokasi wisata seperti kawasan sejarah, pasar rakyat, sentra UKM, hingga kampung Gundih yang keramahannya mendunia. Bahkan mereka membuat sendiri jajanan klepon, kue khas Indonesia.

Meski jumlahnya jauh dan tidak sampai 1 persen dari jumlah penumpang kapal pesiar MS Volendam (15.000:15), namun sudah cukup membuktikan Indonesia, khususnya Surabaya aman dikunjungi, kendati ada ancaman teroris di Ibu Kota.

Salah seorang pekerja di agen perjalanan Bayu Citra Persada, Ayu, mengakui permintaan memandu wisata dari tamu lokal maupun mancanegara tidak surut meski teroris beraksi.

"Tidak berpengaruh tinggi. Saya pernah membahasnya bersama tamu asing, mereka bilang kalau teroris tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di sejumlah Negara lainnya. Jadi, mereka sudah pintar dan mengerti bahwa teroris itu bukan di Indonesia saja," ucapnya.

Di sisi lain, tagar #KamiTidakTakut yang diramaikan nitizen dan menjadi perhatian publik membuktikan bahwa masyarakat tidak lantas berdiam diri menunjukkan ketakutannya, tapi malah sebaliknya, hampir seluruh komunitas di Indonesia kompak melawan terorisme, termasuk ledekan tentang teroris yang kapok "nge-bom" Jakarta karena hanya menjadi ajang foto selfie.

Fakta itu juga diakui Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, Jarianto. Kendati belum memiliki data pasti, namun jumlah kunjungan wisatawan yang diterimanya dari laporan di lapangan, menunjukkan tak terpengaruhnya ancaman terorisme.

"Indonesia itu luas dan tidak hanya Jakarta. Silakan siapa saja berkunjung dan dijamin nyaman," katanya.

Penjabat Bupati Trenggalek itu mengaku optimistis sektor pariwisata di wilayahnya tak akan "mandeg", bahkan akan terus bergeliat seiring bervariasinya destinasi yang membuat pengunjung semakin mempunyai pilihan.

Di Jatim, salah satu yang menjadi proyek besar dan andalan adalah Lingkar Wilis yang mulai tahun ini sudah mulai dikerjakan pembangunan sarana dan prasarananya.

Lingkar Wilis berada di Gunung Wilis yang berada di enam daerah, yakni Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Nganjuk.

Potensi wisatanya berupa destinasi yang melingkari Gunung Wilis seperti cincin sehingga dinamakan Lingkar atau Cincin Wilis.

Di sana yang dijual alam atau pemandangannya indah luar biasa. Tingkat kedinginannya melebihi daerah Gunung Bromo sehingga diperkirakan akan menyaingi Bromo sebagai wisata andalan di Jatim.

Inovasi
Dari segi inovasi dan layanan, Pemprov akan memperbanyak layar sentuh untuk menginformasikan kepada siapa saja terkait destinasi wisata di Jatim, yang nantinya diletakkan di tempat keramaian, seperti bandara, terminal, pelabuhan, stasiun dan lokasi lainnya.

"Untuk sementara ini masih di bandara dan kantor gubernur. Nantinya di tempat umum juga agar semakin banyak pengetahuan tentang pariwisata Jatim," katanya.

Harapannya, kata dia, sebagai potensi dan produk pariwisata Jatim dapat dipromosikan karena jangkauannya luas, tanpa batas wilayah, dan biayanya murah.

Selain itu, pihaknya juga mengaku telah bekerja sama dengan provider seluler yang setiap pengunjung dari berbagai daerah, baik domestik maupun mancanegara di Bandara Juanda secara otomatis menerima pesan singkat atau sms berupa promosi wisata Jatim.

"Ini juga sebagai bentuk meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata, dan target kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta sampai tahun 2019 di Indonesia dapat terwujud," katanya.

Tidak itu saja, faktor yang menunjang tingginya tingkat pariwisata adalah program "digital marketing" atau pemasaran memanfaatkan teknologi informasi oleh pemerintah provinsi maupun daerah.

Bahkan, pada April 2016 ditargetkan seluruh kabupaten/kota di Jatim sudah memiliki program ini, ditambah pemanfaatan berbagai media sosial seperti website maupub blog khusus pengembangan wisata setempat.

"Jangan dilupakan juga sosial media yang ada seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, WhatsApp, dan yang lainnya, yang sudah aktif mewarnai dunia maya," katanya.

Andalkan Wisata Sejarah
Pemprov Jatim telah merenovasi pembangunan bekas Kerajaan Majapahit sebanyak 194 rumah warga di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto menyerupai bangunan era Majapahit.

Pembangunan dilakukan dua tahap, yaitu 2014 sebanyak 94 unit rumah dengan dana sebesar Rp4,98 miliar dan tahap kedua pada 2015 sebanyak 100 unit rumah dengan dana Rp5,7 miliar.

Untuk medukung kawasan wisata Majapahit, pada 2016 rencananya juga akan dibangun sebanyak 300 unit rumah lagi di tiga tempat berbeda yakni di Segaran, Candi Tikus dan di Candi Bajang Ratu.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan bahwa pengembangan destinasi wisata Majapahit akan terintegrasi dengan wisata alam yang tak jauh dari kawasan setempat, seperti Gunung Penanggungan.

"Di Gunung Penanggungan juga terdapat candi-candi, bahkan tercatat sebagai yang terbanyak di dunia karena mencapai lebih dari 222 candi masih asli dan kondisinya masih bagus," kata Pakde Karwo, sapaan akrabnya.

Selain itu, pemerintah juga sedang memikirkan untuk membuka dan memberikan akses jalan yang memadai ke kawasan Alas Lali Jiwo yang ada di Gunung Arjuno-Welirang, serta Makam Sukmo Ilang yang tentu menarik minat wisatawan, khususnya para pendaki.

"Ada banyak cerita mistis di sana, tapi saya kira ini akan menjadi destinasi baru yang luar biasa," katanya.

Target
Tahun ini, sebanyak 50 juta wisatawan Nusantara ditargetkan mengunjungi Jatim, atau lebih banyak 10 persen dari target tahun 2015 yang mencapai sekitar 48,5 juta orang.

Begitu juga untuk jumlah wisatawan mancanegara, yang diharapkan mencapai 600 ribu orang lebih datang berkunjung.

Setiap tahunnya, jumlah wisatawan dalam maupun luar negeri mengalami peningkatan signifikan, rinciannya yakni pada 2014 jumlah wisatawan domestik sebanyak 45,2 juta orang dan meningkat 48,5 juta orang pada 2015.

Kemudian, jumlah wisatawan asing pada 2014 mencapai 463 ribu orang, sedangkan tahun berikutnya lebih dari 521 ribu orang lebih.

Semakin meningkatnya jumlah kunjungan membuktikan bahwa destinasi wisata di Jawa Timur mendapat pengakuan publik, terlebih pemandangan alam maupun wisata buatan yang ada disambut positif.

Bagi yang masih merasa takut, khawatir dan ragu berwisata dengan alasan takut teroris, kini jangan lagi. Buang jauh-jauh perasaan itu. Datang, lihat dan jadilah saksi keindahan Bumi Indonesia, terutama Jawa Timur. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016